Arah IHSG Pekan Ini akan Diwarnai Rilis Sejumlah Data Ekonomi, Simak Proyeksinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,12% atau 8,37 poin ke 6.926,78 pada Jumat (13/10). Dalam sepekan, IHSG tercatat menguat 0,56%.

Retail Equity Research KB Valbury Sekuritas Andrian Alamsyah S mengatakan, kinerja IHSG terbilang cukup cemerlang di pekan lalu sejalan dengan beberapa bursa global lainnya. Sektor Infrastruktur yang menguat signifikan menopang pergerakan IHSG untuk ditutup di zona hijau.

Untuk pekan ini, IHSG diproyeksikan masih akan menguji level EMA50 atau 6.915 dengan support kuatnya di 6.900 dan resistance berada di 6.990-7.022. 


Namun, jika IHSG kembali bergejolak maka berpotensi untuk menuju support berikutnya di level 6.840-6.870.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (16/10) Berikut Ini

Pada pekan ini, ada beberapa rilis data penting untuk diperhatikan. Dari dalam negeri, akan ada rilis neraca dagang beserta perkembangan ekspor-impor periode September dan juga rilis data suku bunga acuan yang diperkirakan masih akan tertahan di 5,75%.

Dari eksternal, China akan ada rilis pertumbuhan PDB kuartal ketiga. Lalu, dari AS juga akan dinanti rilis data penjualan ritel yang ditunggu oleh para pelaku pasar.

Asal tahu saja, pada pekan lalu, pengaruh eksternal masih cukup dominan terhadap pergerakan IHSG. Mulai dari beberapa rilis data penting dari Amerika Serikat (AS) dan China hingga perkembangan situasi konflik Israel-Hamas.

Inflasi AS periode September kembali melaju dan di luar ekspetasi. Secara bulanan inflasi tumbuh 0,4% dan secara tahunan 3,7%, masih jauh dari target 2%.

Andiran menilai, hasil FOMC Minutes pekan lalu menunjukkan ada kemungkinan the Fed tetap hawkish tetapi ada perubahan fokus. Saat ini akan seberapa lama bank sentral AS tersebut menahan era suku bunga tinggi dibandingkan seberapa besar suku bunga akan naik lagi.

Baca Juga: Pendaftaran Capres-Cawapres 2024 Sudah Dekat, Cermati Saham Jagoan Analis

Lalu, situasi konflik di Timur Tengah yang juga masih dalam tensi tinggi sempet membuat beberapa harga komoditas menjadi sangat fluktuatif.  "Situasi ini menambah ketidakpastian secara global," tulisnya dalam riset, Minggu (15/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi