KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) bakal melonggarkan kebijakan moneternya, berpotensi bakal menekan pergerakan dollar AS. Sebaliknya, bisa menjadi obat kuat bagi mata uang lain seperti yen Jepang. Berdasarkan data Bloomberg pada Sabtu (15/6), pasangan USD/JPY naik 0,17% ke level 108,56. Kekhawatiran pasar terhadap hasil pertemuan The Fed pekan depan untuk memangkas suku bunga acuan tengah menjadi sorotan saat ini. Apalagi, merebaknya spekulasi pemangkasan suku bunga acuan tersebut, turut diikuti tren data tenaga kerja AS dan inflasi AS yang di bawah harapan.
Awal pekan lalu, data ketenagakerjaan (non farm payroll) hanya tumbuh 75.000 pada Mei 2019 dari bulan sebelumnya 224.000. Ditambah lagi inflasi hanya mencapai 0,1% di bulan Mei 2019, menunjukkan bahwa inflasi AS dalam tren melambat dari bulan sebelumnya yakni 0,3%. Berdasarkan FedWatch milik CME Group, pasar berekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Apalagi, tersiar kabar pada rapat Federal Open Market Committe (FOMC) 18 - 19 Juni, The Fed akan mengambil keputusan mengenai nasib suku bunga acuannya. FedWatch menyebutkan probabilitas 67,9% pemangkasan bunga paling cepat dilakukan pada bulan Juli 2019 sebesar 25 bps menjadi 2% - 2,25%. Dalam pertemuan September dan Desember 2019, The Fed diperkirakan akan kembali melakukan pemangkasan bunga. Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudi mengungkapkan, kondisi tersebut membuat JPY justru cenderung menguat. Hal tersebut tidak terlepas karena perburuan aset safe haven pasca gejolak di pasar keuangan global, seiring jatuhnya saham global dan imbal hasil obligasi AS. "Namun tidak menutup kemungkinan, yen akan kembali melemah terhadap dollar AS bila The Fed tidak benar-benar memangkas suku bunga," kata Nanang kepada Kontan, Jumat (14/6).