KONTAN.CO.ID - Sejumlah lembaga internasional memberikan prediksi yang menggembirakan mengenai
outlook perekonomian global di 2021 ini. Mulai dari rasa optimisme pelantikan Joe Biden pada 20 Januari 2020 nanti hingga program vaksinasi korona di seluruh dunia pada kuartal I-2021. Lantas, berakhirnya
lockdown di sejumlah negara Eropa disertai pemulihan ekonomi lebih lanjut pada 2021 ini bisa membuat perekonomian global "kembali normal" seperti sebelum masa pandemi. Meski ada risiko utang besar yang terakumulasi selama 2020, kebijakan preventif pengelolan utang yang hati-hati tentu sudah disiapkan di setiap negara.
Outlook pemulihan ekonomi global ini akan memberikan efek positif ke perbaikan harga komoditas, minyak khususnya. Permintaan komoditas dan minyak akan meningkat yang berdampak pada kenaikan harga. Perbaikan ekonomi di sejumlah negara maju dan negara berkembang akan memperkuat mata uang mereka.
Maka setelah pemulihan ekonomi yang sangat kuat pada paruh pertama 2021, pertumbuhan ekonomi secara bertahap akan kembali turun ke pertumbuhan tren global berkisar 3%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terus berada di Tiongkok mewakili kawasan Asia yang bertumbuh serentak. Oxford Economics bersama
the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), memperkirakan pertumbuhan ekonomi di seluruh Asia Tenggara (ASEAN) kontraksi 4,1% di 2020. Namun kemudian pada 2021 angka pertumbuhan ekonomi ASEAN akan melonjak menjadi 6,2%. Dalam laporan tersebut, pemulihan ekonomi di ASEAN pada 2021 sebagian disebabkan
low base effect dari 2020 sebagai
baseline. Tetapi kebijakan makroekonomi dinilai akan tetap berperan akomodatif, dengan dukungan fiskal yang ekstensif dan suku bunga rendah.
Outlook Indonesia 2021 Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 berkisar minus 1,7% hingga minus 2,2%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari pemerintah tersebut tak jauh beda dengan lembaga internasional. Asian Development Bank (ADB), misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar minus 2,2%. Bank Dunia memproyeksikan minus 2,2%. Kemudian Organisasi dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mematok minus 2,4%. Bagaimana dengan
outlook 2021? Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 masih akan dibayang-bayangi oleh dampak pandemi Covid-19. Namun sebagian orang yakin turbulensi akan berakhir karena harapan besar adanya vaksin Covid-19 sebagai
game changer yang utama. Beberapa lembaga keuangan dunia dan domestik telah mengeluarkan prediksi ekonomi di 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai proyeksi ekonomi Indonesia dalam zona positif, dimana ekonomi mulai mengalami
rebound pada semester kedua 2020. IMF memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8% pada 2021 dan 6% pada tahun 2022. Proyeksi tersebut ditopang oleh dukungan kebijakan yang kuat, termasuk rencana distribusi vaksin Covid-19 serta membaiknya kondisi ekonomi dan keuangan global. Kendati demikian, proyeksi IMF ini jauh lebih rendah dari perkiraan pada Oktober 2020 yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,1 persen tahun ini. Ketidakpastian seputar prospek pertumbuhan ternyata lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Untuk mengamankan momentum pemulihan yang sedang terjadi, dukungan kebijakan yang memadai sangat penting. Bauran kebijakan ekonomi makro yang akomodatif diharapkan tetap jalan di 2021. Terkait dengan Undang-Undang No 11/2020 tentang Cipta Kerja, IMF menegaskan undang-undang ini sangat membantu mengurangi hambatan bagi investasi penciptaan lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas. Untuk itu standar tata kelola yang berkualitas tinggi di pengaturan regulasi saat mengimplementasikan UU ini harus dipertahankan. Lembaga internasional lainnya, Bank Dunia, memprediksikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,4% di 2021. Proyeksi Bank Dunia ini tercatat dalam
Global Economic Prospect edisi Januari 2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di zona positif menyusul proyeksi pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik di level 7,4% di sepanjang 2021. Pandangan itu berpijak pada peluncuran vaksin yang efektif pada kuartal I-2021 di negara-negara besar, negara-negara berkembang, dan negara-negara kecil. Bagaimana pandangan pemerintah? Kurang lebih
tone-nya sama dengan IMF maupun Bank Dunia. Menkeu Sri Mulyani Indrawati meyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini mulai menunjukkan angka positif. Salah satu faktornya adalah proses vaksinasi yang mulai berjalan. Ekonomi Indonesia pada Maret-April 2021 diproyeksikan tumbuh dalam rentang antara 4,5%-5,5%. Begitu pula pada Mei-Juni 2021, ekonomi diprediksi bertahan di level 4,5%-5,5%. Kemudian, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi menembus 5% pada September-Oktober 2021. Lalu, ekonomi diprediksi bertahan di level 5% pada Desember 2020, sebagaimana tertuang di asumsi APBN 2021. Hanya saja, pertumbuhan ekonomi tahun ini masih sangat bergantung dengan perkembangan Covid-19 dan proses vaksinasi. Jika penularan bisa ditekan dan vaksinasi berhasil, maka dampaknya positif untuk ekonomi. Akselerasi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi berpotensi terjadi. Apalagi pada 2021 ini pemerintah juga telah merencanakan anggaran sebesar Rp 403,9 triliun untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Dari total dana ini, sebesar Rp 25,4 triliun di antaranya akan dialokasikan untuk anggaran kesehatan. Bahkan anggaran kesehatan ini masih akan ditambah dengan belanja yang tidak terserap 2020. Sementara itu, anggaran perlindungan sosial dialokasikan sebesar Rp 110,2 triliun. Pemerintah pun masih akan memberikan insentif usaha sebesar Rp 20,6 triliun dan dukungan UMKM serta pembiayaan korporasi senilai Rp 63,84 triliun. Disain kebijakan fiskal yang ekspansif memberikan jaminan bahwa
outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 akan jauh lebih baik dibanding 2020 yang kontraksi. Dalam hal ini Bank Indonesia (BI) optimistis perekonomian Indonesia di 2021 akan kembali ke zona positif, bahkan melesat hingga berada di kisaran 4,8% hingga 5,8%. Ketahanan perekonomian di tahun ini ditopang oleh membaiknya sejumlah komponen pembentuk produk domestik bruto (PDB), yaitu perbaikan kinerja ekspor didukung dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi global.
Konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah juga cenderung akan menguat dengan adanya relaksasi kebijakan
social distancing dan vaksinasi masal. Komponen itu bisa kokoh menopang perekonomian domestik seiring dengan bergulirnya stimulus fiskal lewat program perlindungan sosial. Selanjutnya, sumber pertumbuhan ekonomi yang lain datang dari investasi langsung seiring dengan berlakunya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Penulis : Ryan Kiryanto Ekonom dan Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (tulisan ini pandangan pribadi) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti