Arah tembaga menanti data produksi industri China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun sedang berada di bawah tekanan, harga komoditas tembaga diperkirakan masih memiliki peluang untuk sedikit menguat dari sebelumnya. Pergerakan harganya kini menanti rilis produksi industri China di bulan Oktober. Perbaikan industri di negeri Tirai Bambu bisa menjadi katalis yang mengangkat harga.

"Tapi kalau hasilnya sesuai proyeksi mengalami penurunan harga tembaga bisa melanjutkan pelemahan," ujar Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Senin (13/11).

Mengutip forexfactory.com, produksi industri China Oktober diperkirakan akan turun ke level 6,3%. Padahal di bulan September produksi industrinya masih berada di level 6,6%.


Andri menebak, untuk Selasa (14/11) harga tembaga bisa melemah ke kisaran US$ 6.770–US$ 6.840 per metrik ton. Kemudian untuk sepekan setelahnya berada di area US$ 6.870–US$ 6.750 per metrik ton.

Secara teknikal menurutnya saat ini harga sudah berada di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penguatan. Sinyal serupa juga diperlihatkan indikator moving average convergence divergence (MACD) di level 19,5. Namun indikator relative strength index (RSI) di level 40,2 dan stochastic di level 32 justru mengisyaratkan terjadinya peluang pelemahan.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg pada penutupan perdagangan 10 November kemarin harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 0,32% ke level US$ 6.786 per metrik ton. Sementara jika dilihat seminggu terakhir penurunannya sudah mencapai 1,58%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati