London. Pemerintah Arab Saudi masih belum menentukan tempat untuk melabuhkan Saudi Arabian Oil Co atau populer dengan sebutan Aramco. Kabar yang beredar, para pejabat China tengah melobi petinggi Aramco untuk mencatatkan saham di dua tempat (dual listing). "Aramco juga akan listing di bursa Hong Kong, selain Arab Suadi. Ini sebagai imbalan bagi anchor investor dari China yang mau menempatkan dana di penjualan saham perdana ke publik (IPO) Aramco," ujar sumber Bloomberg kemarin (11/2).
Proposal dual listing dari China ini baru diajukan pada awal tahun 2016. Hingga sekarang, belum ada keputusan tetap dari Aramco. Yang jelas, Aramco merupakan aset berharga di mata China. Soalnya, tahun 2014 China memenuhi kebutuhan minyaknya dari Arab Saudi sebesar 16%. Arab Saudi merupakan pemasok energi terbesar Negeri Tembok Raksasa. Presiden China Xi Jinping pun melakukan kunjungan perdana ke Riyadh bulan lalu untuk mempererat hubungan. Selain menentukan tempat berlabuh, Aramco masih mengkaji skala bisnis IPO. Ada dua opsi. Pertama, IPO seluruh bisnis Aramco. Andai ini terjadi, Aramco akan menjadi perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia. Kedua, IPO sebagian unit bisnis yakni lini bisnis hilir dan penyulingan minyak. Dua unit bisnis ini ditaksir memiliki valuasi lebih dari US$ 90 miliar dan berpotensi mendulang dana segar sebesar US$ 5 miliar sampai US$ 10 miliar dari perhelatan IPO. Hingga kini Aramco belum menunjuk penasihat investasi untuk melancarkan rencana IPO. Sebagai gambaran, produksi minyak Aramco pada Desember 2015 mencapai 10,25 juta barel per hari (bph). Angka ini dua lipat dari produksi Exxon dan OAO Rosneft. Produsen asal Amerika Serikat dan Rusia ini masing-masing memompa minyak 4 juta bph dan 5 juta bph. Cadangan minyak milik Aramco juga jauh di atas Exxon dan Rosneft.