KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketetapan auto rejection simetris ternyata tak mampu menghentikan langkah Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). Pasalnya, saham-saham lapis pertama ini masih tangguh. Justru, saham big caps akan semakin perkasa. Sebab, investor mulai menghindari saham-saham lapis ketiga dan kedua karena risiko rugi yang semakin besar. Untuk saham rentang harga saham Rp 50-Rp 200 batas auto rejection atas bawah ditetapkan sebesar 35%. Harga saham dalam rentang Rp 200-Rp 5.000 batas atas dan bawah masing-masing 25%.
Baca Juga: Berikut Saham-Saham Pilihan Analis pada Perdagangan Bulan September 2023 Kemudian saham dengan harga lebih dari Rp 5.000 memiliki batas atas dan bawah 20%. Memang kalau dicermati antara fraksi harga saham punya jarak sebesar 10%. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai dengan adanya kebijakan auto rejection simetris ini, investor akan lebih berhati-hati. "Ini akan membuat pelaku pasar dan investor berhati-hati untuk masuk dan lebih banyak melakukan analisa. Baik analisis teknikal maupun valuasi untuk jangka panjang," kata Nico kepada Kontan, Senin (4/9).
Meski saham lapis tiga dan dua punya potensi yang lebih besar. Namun jika dipilih, saham lapis kedua masih disebut-sebut lebih menarik dibanding lapis ketiga. Pengamat Pasar Modal & Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menyebut tak semua saham kecil, merupakan saham gorengan. Misalnya, di saham lapis kedua masih banyak yang bagus.
Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo Rp 2,10 Triliun Sepekan Ini, Cermati Saham yang Banyak Dilego Hanya saja, saham-saham
second liner ini masih kalah dengan saham IPO (Initial Public Offering) yang sudah naik kencang. Menurutnya, masih ada saham yang bisa bersaing dengan
blue chip. "Saham
second liner yang bagus meski naiknya pelan, tetapi bukan karena digoreng, melainkan faktor fundamental dan valuasi," jelas Teguh.
Teguh menilai kebijakan auto rejection simetris ini akan mendorong investor untuk kembali melirik saham dengan fundamental bagus sehingga tingkat spekulasi semakin berkurang. "Harapannya tingkat spekulasi saham goreng berkurang. Saham lapis kedua dengan fundamental bagus diharapkan bisa naik kelas," ucap dia.
Baca Juga: Japfa Comfeed (JPFA) Kembali Pasok Ayam Hidup dan Karkas Ayam ke Singapura Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menuturkan dia tidak merekomendasikan untuk berinvestasi jangka panjang di saham lapis ketiga.
Editor: Noverius Laoli