Argentina Catat Surplus Anggaran 9 Bulan Berturut-turut Setelah Defisit 123 Tahun



KONTAN.CO.ID -  BUENOS AIRES - Kementerian Ekonomi Argentina mengumumkan pada Jumat pekan lalu bahwa anggaran sektor publik per akhir Oktober 2024 mencatat surplus keuangan sebesar AR$ 523,4 miliar.

Surplus ini menandai bulan kesembilan berturut-turut pemerintah mencatat keseimbangan fiskal positif. 

Presiden Argentina Austeritas Javier Milei dalam pindatonya di televisi pada Rabu (11/12)menyebut, defisit adalah akar dari semua kejahatan. Ia menegaskan tanpa defisit, tidak ada utang, tidak ada emisi, tidak ada inflasi tinggi.


Baca Juga: AS Jadi Penyumbang Terbesar Surplus Neraca Dagang Indonesia, Defisit Dengan China

Saat ini, Argentina memiliki surplus fiskal yang berkelanjutan, bebas dari gagal bayar, "Untuk pertama kalinya dalam 123 tahun," klaimnya.

Pencapaian bersejarah ini berasal dari penyesuaian terbesar dalam sejarah dan pengurangan emisi moneter menjadi nol.

Milei menuding, setahun yang lalu, seorang yang tidak bermoral mencetak defisit hingga 13% dari PDB untuk memenangkan pemilihan, yang memicu inflasi. "Saat ini, emisi moneter (surat utang) adalah sesuatu dari masa lalu."

Prestasi ini sesuai dengan janji kampanye Presiden Argentina Javier Milei untuk membangun surplus fiskal melalui langkah-langkah penghematan yang drastis.  

Baca Juga: Neraca Dagang Surplus 53 Bulan Berturut-turut, Ini Kata Kemenkeu

Surplus fiskal ini mencakup keseimbangan primer, yakni selisih antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah, serta keseimbangan keuangan, yang memasukkan pembayaran bunga utang publik. 

Menurut Menteri Ekonomi Luis Caputo, pencapaian surplus ini merupakan perbaikan signifikan dibandingkan defisit keuangan sebesar AR$ 454 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Defisit tersebut setara dengan AR$1,3 triliun setelah disesuaikan dengan inflasi.  

"Perbedaan hasil keuangan dibandingkan Oktober 2023 adalah AR$ 1,8 triliun," tulis Caputo di platform media sosial X seperti dikutip Buenos Aires Herald, Rabu (11/12). 

Caputo juga melaporkan bahwa defisit keuangan kumulatif sepanjang tahun ini mencapai AR$2,9 triliun atau 0,5% terhadap produk domestik bruto (PDB).  

Pendapatan total Argentina pada Oktober mencapai AR$ 9,3 triliun, meningkat 167,8% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sementara itu, pengeluaran primer tercatat sebesar AR$8,6 triliun, naik 125,1%, namun 68 poin di bawah tingkat inflasi. 

Pendapatan terbesar berasal dari bea ekspor, yang melonjak 219,8% dibandingkan dengan Oktober 2023. Pemerintah juga membayar bunga utang publik sebesar AR$223,5 miliar.  

Namun, laporan dari Center of Argentine Political Economy (CEPA) menunjukkan bahwa 25,3% penghematan belanja negara selama Januari hingga September tahun ini berasal dari pemotongan tunjangan pensiun, di mana pembayaran tidak mampu mengimbangi kenaikan biaya hidup. 

Baca Juga: BPS Catat Surplus Neraca Perdagangan Naik Jadi US$ 2,93 Miliar Pada Mei 2024

Milei mengubah formula pembaruan pensiun dengan mengaitkannya pada inflasi, sehingga para pensiunan tidak kehilangan daya beli, tetapi juga tidak dapat memulihkannya.  

Ekonom Martín Vauthier menyebut surplus keuangan ini sebagai hasil dari "program yang berkelanjutan." Dalam postingan X yang dibagikan Caputo, ia menyebutkan bahwa pemerintah berhasil mengurangi pengeluaran struktural yang tajam dan alokasi yang tidak sesuai dengan fungsi administrasi nasional.  

Namun, Sebastián Menescaldi, direktur asosiasi firma konsultasi EcoGo, mengingatkan bahwa keberlanjutan surplus membutuhkan reformasi kebijakan ekonomi, termasuk pajak dan jaminan sosial. 

"Ini berfungsi dalam jangka pendek, tetapi mereka harus mulai fokus pada reformasi itu, dan saat ini hal itu belum dilakukan," kata Menescaldi.  

Baca Juga: Neraca Perdagangan Diprediksi Catat Surplus pada September 2024

Dalam rancangan anggaran 2025, pemerintah Argentina mengusulkan “Aturan Fiskal Tak Terputuskan” yang mewajibkan pembayaran bunga utang sebelum alokasi pengeluaran lain. 

Proyeksi menunjukkan pembayaran bunga akan mencapai 1,5% dari PDB pada 2025. Jika ekonomi terus mengalami kontraksi, aturan ini memberi kewenangan lebih besar kepada pemerintah untuk memotong biaya, guna mencapai "defisit nol."  

Langkah-langkah penghematan yang diterapkan Milei menuai pujian atas efektivitasnya, meskipun disertai risiko sosial jangka panjang. "Keseimbangan ini adalah berita baik dan aset bagi pemerintah," terang Menescaldi. 

Editor: Syamsul Azhar