KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pelaporan energi dan harga komoditas global, Argus meluncurkan serangkaian penilaian harga baru untuk ekspor nikel Indonesia. Penilaian ini dinilai akan meningkatkan transparansi harga di negara dengan pertumbuhan pasar nikel tercepat di dunia. Argus bekerja sama dengan PT Indeks Komoditas Indonesia (PT IKI) akan memublikasikan harga tiga grade produk nikel dan produk setengah jadi Kelas II sebagai bagian dari seri Indeks Nikel Indonesia (INI).
Chairman dan Chief Executive Argus Media Adrian Binks mengatakan, kerjasama dengan IKI Indonesia diharapkan dapatĀ menghadirkan transparansi yang lebih besar pada pasar nikel global dan mengatasi perbedaan yang semakin meningkat antara harga nikel Kelas I dan Kelas II.
Baca Juga: Sebagian Besar Harga Logam Dasar Naik karena Stimulus China, Tembaga ke US$8.104 "Harga Indeks Nikel Indonesia (INI) kami yang baru didukung oleh metodologi penilaian kami yang kuat dan transparan serta mencerminkan masukan dari pembeli dan penjual fisik dari pasar nikel," kata Adrian dalam keterangan resmi, Rabu (1/11). Untuk diketahui, Nikel yang paling umum digunakan dalam produksi baja tahan karat, kini mempunyai arti strategis baru karena peran nikel sulfat dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik. Indonesia memiliki cadangan terbukti nikel terbesar di dunia dan kini menyumbang hampir setengah dari produksi dan ekspor nikel global. Sebagian besar produksi Indonesia adalah nikel Kelas II, seperti feronikel dan nikel pig iron, atau produk antara nikel, yang biasanya dimasukkan ke dalam rantai pasokan baterai. Nikel Kelas II kini menyumbang sebagian besar produksi nikel global dan pangsanya terus tumbuh pesat. Dalam beberapa tahun terakhir, harganya telah terputus nikel Kelas IĀ dengan kemurnian tinggi melebihi 99,8% digunakan untuk penyelesaian nikel yang diperdagangkan di bursa. Dampaknya adalah meningkatnya permintaan akan referensi harga independen untuk nikel Kelas II. Sementara itu, Chief Executive IKI Indonesia Maydin Sipayung mengungkapkan, pihaknya menyambut positif kemitraan jangka panjang dengan Argus. "Ini untuk memberikan penilaian baru kepada para pelaku pasar nikel Kelas II yang mencerminkan permintaan dan pasokan spesifik pasar yang berbeda dari keharusan mendasarkan harga dan manajemen risiko. keputusan tentang nilai Nikel kelas I yang memiliki sifat fisik dan fundamental terkait yang berbeda," ungkap Maydin.
Baca Juga: Hari Keempat TEI, Kemendag Catat Kontrak Dagang Mencapai Rp 128 Triliun Nantinya, harga INI pada awalnya akan terdiri dari penilaian harga langsung mingguan untuk nickel pig iron, nickel matte, dan mixed hydroxide precipitate (MHP) berdasarkan fob Indonesia, yang mencerminkan likuiditas pasar saat ini. Ketiga harga INI akan dipublikasikan sebagai rata-rata penilaian independen masing-masing produk oleh Argus dan PT IKI. Penilaian didasarkan pada transaksi, penawaran dan penawaran di pasar spot untuk memastikan bahwa semuanya merupakan representasi nilai pasar wajar yang akurat dan kuat. Asal tahu saja, selama ini Argus turut menerbitkan tolak ukur Indeks Batubara Indonesia (ICI) yang banyak dirujuk bersama PT Coalindo Energy, afiliasi PT IKI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari