JAKARTA. Meski harganya di pasar dunia sedang merosot, batubara diyakini memiliki prospek bisnis yang cerah. Prediksi semacam itu, setidaknya, dipegang oleh para pengelola PT Atlas Resources Tbk (
ARII). Optimisme tersebut didasari atas permintaan batubara yang masih tinggi. "Permintaan global untuk batubara, khususnya jenis thermal, berasal dari peningkatan kebutuhan pembangkit listrik di Asia, terutama India dan China," kata Dono Boestami, Direktur Keuangan ARII. Dono menjelaskan, permintaan batubara untuk pembangkit listrik di India, berpotensi meningkat dari 440 juta ton sepanjang 2010, menjadi 836 juta ton di 2016. Pasar di dalam batubara negeri juga tidak kalah menggiurkan. Sepanjang tahun 2006, permintaan batubara baru sebesar 49 juta ton.
Namun di 2015, permintaan batubara diproyeksikan meningkat hingga mencapai 120 juta ton. Dan pada 2025, permintaan diestimasikan mencapai 220 juta ton pada tahun 2025. "Permintaan terutama berasal dari PLN," kata Dono. Di tengah potensi pasar yang menjanjikan tersebut, ARII harus menata langkah bisnis agar bisa meraih keuntungan yang maksimal. Satu strategi bisnis yang disiapkan adalah membangun infrastruktur berbasiskan hub. Tujuannya, meningkatkan efisiensi perusahaan mereka. Inti strategi ini adalah membagi wilayah operasional, dari Sabang sampai Merauke, menjadi 5 hub. Dua hub berada di Sumatra Selatan, yaitu di Muba dan Ogan Komering Ulu. Dua yang lain berada di Kalimantan Timur, yaitu di Berau dan Kubar. Satu hub lagi adalah Papua. Total luas area produksi ARII di kelima hub tersebut mencapai 199.921 hektare (ha). "Strategi berbasis hub ini memungkinkan kami memperoleh manfaat dari efisiensi atas penggunaan infrastruktur bersama serta memungkinkan diversifikasi secara geografis," tutur dia. Tingkatkan produksi Efisiensi dapat tercapai karena anak perusahaan bisa menggunakan secara bersama infrastruktur, logistik, serta peralatan yang ada di salah satu hub. Selain itu, lokasi yang terdiversifikasi juga bisa menekan ancaman, jika cuaca buruk ataupun gangguan lokal yang terjadi di salah satu lokasi pertambangan. ARII juga berupaya meningkatkan kapasitas produksi, dari tahun ke tahun. Tahun lalu, emiten batubara itu, telah memproduksi hingga 2,38 juta ton. Untuk tahun ini, pengelola ARII menargetkan, memproduksi batubara sebanyak 4,5 juta ton. Dengan mengembangkan hub Muba, saat ini, ARII menargetkan bisa mendongkrak produksi batubara hingga 9,25 juta ton pada tahun 2015. Saat ini, cadangan batubara ARII mencapai 104 juta ton. Agar bisa mencapai target produksinya, ARII terus berupaya memperluas daerah eksplorasinya. Jika di awal 2007, perusahaan ini memulai program eksplorasi dengan cakupan lahan seluas 277 ha, saat ini ARII telah menambah cakupan lahan tambahan seluas 14.830 ha.
Salah satu pendanaan ekspansi berasal dari dana hasil initial public offering (IPO) yang sebesar Rp 975 miliar. Dana sebesar itu untuk mendanai ekspansi sejak akhir 2011 hingga 2013. Khusus untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini, ARII menganggarkan dana US$ 71 juta. ARII juga mencari pinjaman dari perbankan untuk memenuhi kebutuhan dana capex di tahun ini. Menurut catatan KONTAN, ARII sudah mengantongi fasilitas pinjaman dari sindikasi perbankan, yang beranggotakan Bank Permata, Bank DBS Indonesia dan Bank Danamon. Nilainya US$ 95 juta. ARII juga berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun untuk mendanai proyek hub Muba. ARII telah meminta pemeringkatan ke PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Kabarnya, Mandiri Sekuritas akan menjadi salah satu penjamin emisi penerbitan obligasi ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.