KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah resmi melantai di bursa, PT Arkha Jayanti Persada Tbk (
ARKA) berekspektasi bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan serta laba yang signifikan. “Kami targetkan, baik
top line maupun
bottom line masing-masing 30%-40%,” ujar Direktur Utama ARKA Dwi Hartanto, Rabu (7/10). Tahun lalu, ARKA berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 104,33 miliar. Dengan jumlah itu, ARKA meraup laba sebesar Rp 2,11 miliar pada tahun 2018 lalu. Dengan begitu, maka ARKA menargetkan pendapatan sebesar Rp 135,62 miliar hingga Rp 146,06 miliar pada tahun ini. Sedangkan untuk laba, diproyeksikan bisa bertumbuh menjadi Rp 2,74 miliar hingga Rp 2,95 miliar pada tahun ini.
Dwi mengatakan, optimismenya itu didasari oleh beberapa hal. Ia menyebut dana hasil IPO akan digunakan untuk membeli bahan baku lebih banyak.
Supply bahan baku yang memadai diharapkannya bisa meningkatkan kapasitas produksi pabrik ARKA. Selama ini, utilitas mesin produksi ARKA baru mencapai 20% saja dari seluruh potensi produksi. “Dari kapasitas produksi sekitar 25.000 ton, selama ini baru bisa memproduksi sekitar 5.000 ton karena keterbatasan
supply bahan baku,” kata Dwi. Setelah duit hasil IPO terealisasi, pihaknya memproyeksikan bisa meningkatkan kapasitas produksi 70% hingga 80%. Sebagai informasi, ARKA adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknik dan manufaktur alat berat untuk berbagai alat industri. Selama ini, ARKA menjalin kerja sama dengan berbagai produsen alat berat mulai dari Caterpillar, Hino, Komatsu hingga United Tractors. ARKA menjadi pihak yang memproduksi beberapa bagian dari alat berat seperti bak pada
dump truck atau
bucket pada eskavator. Saat ini, ARKA mengoperasikan dua buah pabik yang berada di Bogor dan Labuan, Jawa Barat. Pabrik ARKA di Bogor adalah pabrik
cutting. Sedangkan untuk pabrik ARKA di Labuan adalah pabrik untuk proses las. Tahun lalu, sektor fabrikasi alat berat menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi emiten baru ini. Dalam prospektus ARKA tercatat pendapatan untuk komponen alat berat dan
body dump mencapai Rp 82,21 miliar atau setara dengan 78,80% dari total pendapatan ARKA. Dwi menyebut, unit usaha lain dari ARKA yaitu infrastruktur akan menyumbang lebih banyak yakni sekitar 60%. Asal tahu, ARKA juga memiliki unit usaha di sektor tersebut “Kami memiliki lisensi khusus untuk pembangunan jembatan kereta api,” kata Dwi. Dwi memproyeksikan, berlanjutnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk periode 2019-2024 masih akan mendorong proyek-proyek infrastruktur lebih lanjut lagi.
Untuk sektor infrastruktur, di sisa tahun ini ARKA masih mengincar kontrak baru senilai Rp 75 miliar untuk bisa menggenapi target kerja. Namun sepertinya ARKA bisa meraih kontrak baru lebih besar dari target. Dwi memberi bocoran, pihaknya sedang bernegosiasi dengan Pertamina untuk pembangunan
pipeline di Bojonegoro. Sejatinya proyek tersebut memiliki nilai Rp 500 miliar. “Tapi kami sesuaikan dengan ketersediaan kami, jadi mungkin yang akan kami ambil sekitar Rp 150 miliar,” ungkap Dwi. Sedangkan sampai semester I, kontrak baru yang sudah berhasil diteken ARKA mencapai Rp 25 miliar. “Itu untuk beberapa proyek seperti pembangunan jembatan kereta api Jombang-Madiun, renovasi Stasiun Jatinegara dan kami juga
support pembangunan AEON Mall di Sentul,” ujar Dwi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati