ARLI: Masalah pengembangan budidaya rumput laut ada di logistik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sedang berupaya menggenjot produksi rumput laut. Tahun ini saja, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargertkan produksi rumput laut basah sebanyak 16,17 juta ton.

Safari Azis, Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai, produksi rumput laut akan terus meningkat apabila harga yang didapatkan pembudidaya baik. "Bisa saja target tersebut dicapai, asal harga cocok pasti petani memproduksi," ujar Safari, Senin (30/4).

Berdarkan data KKP, saat ini, luas pemanfaatan budidaya rumput laut masih sebesar 2,25% atau sekitar 267.814 hektare (ha) dari potensi indikatif kawasan budidaya laut yang sluas 12,12 juta ha. Padahal, terdapat kawasan seluas 2,64 juta ha yang memiliki potensi indikatif budidaya rumput laut dan 1,58 juta ha yang berpotensi efektif untuk budidaya rumput laut.


Menurut Azis, sulitnya pengembangan budidaya rumput laut ini lantaran logistik yang kurang memadai. Pasalnya, rumput laut ini banyak diproduksi di Indonesia bagian timur. 

Sementara ketika rumput laut ingin dipasarkan, baik di dalam negeri maupun luar negeri, rumput laut ini harus dikirimkan ke wilayah lain. 

Menurut Safari, dibutuhkan ongkos yang besar untuk mengirimkan rumput laut ke pulau lainnya. "Rumput laut ini diproduksi oleh masyarakat, kalau logistik mahal, maka harga akan ditekan," tambah Safari.

Menurut Safari, dalam mengembangkan rumput laut ini juga dibutuhkan kepastian pasar. Menurutnya, jangan sampai produksi rumput laut terus bertumbuh namun tidak ada yang menyerap.

Safari berharap, pemerintah melihat permasalahan rumput laut di Indoensia secara komprehensif. Apalagi, saat ini pemerintah tengah mendorong industri untuk memasuki sektor hilir rumput laut. Memang menurutnya hal ini dapat menambah nilai tambah, namun Indonesia masih harus bersaing dengan negara lain.

Dia pun berpendapat industri pengolahan rumput laut di Indonesia belum bisa menyerap semua rumput laut. "Yang penting sekarang daya saing industri dalam negeri bagaimana mereka bisa membeli sesuai dengan harga internasional, bisa mengolah dengan kualitas yang sama dan bisa menjual dengan harga yang sam," tutur Safari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi