JAKARTA. Transaksi antara PT Eagle High Plantations Tbk dan Felda Holding Berhad menyimpan sejumlah kisah. Akibatnya, pergerakan harga saham kedua emiten perkebunan tersebut fluktuatif. Ini kisah serunya. Saham PT Eagle High Plantations Tbk (
BWPT) dan Felda Global Ventures Holding Berhad (FGV) bergoyang. Divestasi
BWPT oleh Grup Rajawali ke FGV jadi pemicunya. Setelah Rajawali menandatangani perjanjian dengan FGV, saham
BWPT yang sempat terbang, kembali menukik. Sejak transaksi itu, saham BWPT jatuh 16% ke Rp 378 per saham. Sementara saham FGV merosot 9,6% menjadi RM 1,68 per saham. Kontroversi transaksi ini ramai di Indonesia dan Malaysia. Beberapa pihak menolak rencana FGV.
Mereka berpendapat, transaksi itu tidak adil.
BWPT dihargai hampir dua kali harga pasar. Sementara harga saham FGV diberikan ke Rajawali terdiskon 20%. Kewajiban FGV memberi uang muka 25% sebagai tanda jadi ke Rajawali juga disoal. Padahal transaksinya baru kesepakatan dan masih due diligence serta proses audit untuk penilaian kewajaran. Tak hanya itu, sentimen politik memperparah kejatuhan harga FGV. Ini karena popularitas Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sedang hancur. Apalagi ada perkara 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Lo, apa hubungannya dengan Najib? Najib dianggap berandil besar pada FGV dan disebut sebagai mentor FGV. Najib juga karib dekat Tan Sri Mohd Isa Samad, orang nomor satu FGV. Kedekatan itu pula yang dikait-kaitkan dengan mudahnya FGV menarik dana pensiun dan dana investasi pemerintah, termasuk lembaga pengelola dana haji (Tabung Haji), membeli saham IPO FGV. Di sisi lain, Najib juga dikabarkan menjadi karib dekat Peter Sondakh, taipan Indonesia pemilik Grup Rajawali. Saking dekatnya, sampai-sampai Peter digosipkan kerap meminjamkan jet pribadinya kepada Rosmah Mansor, istri Najib.
Managing Director Rajawali Corpora Darjoto Setyawan menandaskan, kepastian transaksi ini tergantung hasil RUPSLB FGV, Agustus 2015. Dia tak menggubris berbagai isu miring. Alasannya, pihak yang berkomentar negatif hanya dua orang.
Pertama, blogger, mantan Pemimpin Redaksi New Strait Times Kadir Jasin.
Kedua anggota parlemen dari partai oposisi Tony Pua. "Itu politis, bukan bisnis. Padahal ini
business to business," ucapnya kepada KONTAN, kemarin.
Sebenarnya, FGV ingin menjadi pengendali dan mengincar 51% saham BWPT. Ada gelagat itu, Rajawali menetapkan syarat. Jika FGV ingin mengambil alih
BWPT, skemanya lewat pertukaran saham. "Kami mengambil dari atas, sehingga kami malah punya perusahaan internasional," ucap Darjoto. Dari transaksi ini, Rajawali mengapit 2,5% saham FGV. Transaksi ini ditukar 7% saham BWPT US$ 48 juta. Kemudian, FGV mengambil 30% saham
BWPT di US$ 632 juta dibayar tunai. Darjoto bilang, Rajawali sudah menyusun rencana penggunaan dana dari hasil jualan
BWPT. Yakni memperkuat posisi kas, memangkas utang dan ekspansi ke bisnis biodiesel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa