KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Artajasa Pembayaran Elektronis mengurungkan niatnya untuk menghelat initial public offering (IPO). Padahal perusahaan ini sudah mulai menjalani proses penawaran saham perdana. Artajasa sejatinya tengah menggelar penawaran awal (bookbuilding). "Batal sehari sebelum bookbuilding ditutup," ujar Moleonoto The, Presiden Direktur Indo Premier Sekuritas, kepada KONTAN, Jumat (23/3). Padahal, kata Moleonoto, respons pelaku pasar cukup positif. Hasil bookbuilding interim kala itu sudah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) tiga kali.
Sebagaimana diketahui, Artajasa sebelumnya berniat melepas sebanyak-banyaknya 437,5 juta saham biasa atau sekitar 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Indo Premier dan CLSA Sekuritas bertindak sebagai penjamin emisi IPO. Rentang harga yang ditawarkan kala itu Rp 850 hingga Rp 1.250 per saham. Artinya, anak usaha PT Indosat Tbk (ISAT) ini mengincar dana antara Rp 371,88 miliar hingga Rp 546,89 miliar. Ini adalah IPO dengan nilai emisi besar pertama tahun ini. Sebesar 60% perolehan dana rencananya akan digunakan untuk belanja modal perusahaan. IPO ini bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan capex, tapi juga merupakan strategi ISAT untuk memenuhi aturan Bank Indonesia (BI) terkait kepemilikan asing yang harus di bawah 20%. Menurut laporan keuangan Ooredo di 2017 lalu, pemegang saham mayoritas ISAT ini juga memiliki 25,90% saham Artajasa. Setelah IPO, kepemilikan Ooredo di Artajasa akan berkurang jadi 18%. Bayu Hanantasena, Chief Executive Officer (CEO) Artajasa, membenarkan adanya pembatalan tersebut. Dia juga yang memastikan, IPO memang dibatalkan, bukan ditunda. "Kami stop karena memperoleh alternatif yang lebih baik," ujar Bayu tanpa bersedia memperinci alternatif apa yang dimaksud.
Batalnya IPO Artajasa yang sudah memasuki tahapan krusial ini sempat menjadi pembicaraan di pasar. Disebut-sebut, batalnya IPO tersebut lantaran BI keberatan dengan jumlah saham beredar atau free float yang lebih banyak untuk investor asing, bukan dalam negeri. Moleonoto menampik hal tersebut. "Setahu saya, BI support," tegas dia. Dia menambahkan, justru karena dibatalkan sehari sebelum bookbuilding selesai, maka penandatanganan akta penjaminan otomatis batal. Jadi, penjatahan porsi emisi yang akan dijamin oleh Indo Premier dan CLSA Sekuritas pun tidak sempat dilakukan. Soal harga pelaksanaan, menurut Moleonoto, juga bukan menjadi isu. Sebab, rentang harga pelaksanaan sudah disetujui sebelum bookbuilding. "Artinya, mau pricing di titik harga manapun, selama masih dalam range, pasti sudah diantisipasi oleh emiten," jelas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat