Artha Graha melepas anak usaha bidang timah



KONTAN.CO.ID - Artha Graha Network melepas salah satu lini bisnis di sektor pertambangan timah. Sejak Agustus 2016, PT Refined Bangka Tin tak lagi masuk ke dalam jaringan bisnis milik taipan Tomy Winata.

Saat ini, Refined Bangka Tin dikuasai oleh sebuah konsorsium. "Kini yang memegang Refined Bangka Tin itu pengusaha dengan latar belakang dan keahlian berbeda. Ada kontraktor dan trader timah," kata Reza Andriansyah, Direktur Refined Bangka Tin, Selasa (15/8).

Reza juga enggan menceritakan lebih rinci nilai penjualan Refined Bangka Tin. Yang pasti menurutnya, alasan Artha Graha Network menjual anak usaha tersebut karena tidak ingin meneruskan bisnis di bidang pertambangan lagi.


Namun dari bisik-bisik yang diterima KONTAN, salah satu anggota konsorsium yang membeli Refined Bangka Tin adalah Roberto Bono. Ia merupakan pengusaha tambang batubara, hotel dan timah di era tahun 2008.

Sekadar catatan, Refined Bangka Tin yang didirikan pada tahun 2007 ini merupakan salah satu produsen timah batangan (tin ingot) terbesar di Indonesia. Kapasitas produksi perusahaan ini mencapai sekitar 2.000 ton per bulan atau 24.000 ton per tahun.

Target 12.000 ton

Tahun 2016, operasi Refined Bangka Tin sempat ditutup. Artha Graha Network memutuskan berkomitmen menjaga lingkungan. Pertimbangannya, grup usaha ini ingin mendukung kebijakan pemerintah dan Presiden Joko Widodo kepada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim (UNFCCC).

Refined Bangka Tin memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pasca beroperasi lagi, Refined Bangka Tin menargetkan, tahun 2017 memproduksi timah batangan 10.000 ton-12.000 ton per tahun. Target produksi ini sama dengan yang disematkan dengan tahun sebelumnya. Pada saat ditutup tahun 2016 lantaran konservasi lahan, perusahaan ini hanya mampu merealisasikan produksi sebanyak 4.000 ton.

Sampai semester I-2017 ini produksi timah batangan Refined Bangka Tin sudah mencapai separuh dari target yakni 5.000 ton. Melihat pencapaian tersebut, perusahaan ini optimistis bisa meraih target sepanjang tahun 2017. "Kami optimistis, dibandingkan tahun lalu hanya mencapai 4.000 ton. Tahun lalu sempat ditutup enam bulan," ujar Reza.

Membaiknya produksi timah ini, diharapkan juga diiringi oleh kenaikan harga komoditas ini di pasaran. Reza berharap, harga timah terus membaik sehingga kegiatan produksi bisa terpenuhi target. "Rata-rata harga tahun ini antara US$ 19.000 per ton antara US$ 21.000 per ton. Kami berharap seperti komoditas lain yang harganya terus meningkat," ujar Reza. Tujuan kegiatan ekspor perusahaan ini adalah Amerika, Belanda, Jepang, Korea, China dan Hong Kong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie