Artha Sekuritas: Suku bunga naik, prospek saham bank masih netral



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (RDG BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Suku bunga deposit facility (DF) dan lending facility (LF) juga naik 50 bps menjadi 4,5% dan 6%. Kenaikkan suku bunga ini biasanya berdampak terhadap sejumlah saham bank.

Sebelumnya, Kamis (28/9), Moody's menerbitkan riset yang menyatakan outlook perbankan Indonesia tetap positif di tengah sentimen global yang buruk.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, valuasi saham dengan riset Moody's tentu berbeda. "Riset Moody's dari sisi credit rating, jadi lebih berhubungan dengan kreditur dari bank-bank tersebut, bukan dari sisi pemegang saham. Artinya tidak ada kaitannya dengan saham perbankan secara terpisah," katanya, Sabtu (30/6).


Frederik membatasi analisisnya hanya untuk bank-bank besar. Menurutnya, saat ini dengan kenaikan suku bunga, saham perbankan masih netral. Namun, saham perbankan masih akan dipengaruhi faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol. Sedangkan faktor internal akan berfokus pada tingkat inflasi Indonesia.

Selama fed fund rate (kenaikan suku bunga AS) masih agresif dan perdagangan belum stabil, ekonomi Indonesia akan mengalami gejolak. "Kalau kita bicara ekonomi, tentunya perbankan yang paling sensitif," papar Frederik.

Menurutnya, tahun ini, secara umum, prospek saham perbankan akan mediocre alias biasa-biasa saja. Peningkatan suku bunga yang cukup cepat tentunya akan diadopsi ke tingkat deposito. Saat ini, sudah banyak bunga deposito yang naik. Sedangkan, dari sisi bunga kredit masih relatif sticky.

"Mungkin peningkatan bunga kredit di beberapa bank akan mulai terlihat setelah 6-8 bulan ke depan, tergantung aturan fix dan floating dari outstanding kredit setiap perbankan," kata Frederik.

Lanjutnya, harga saham memang terdiskon saat ini, namun hal itu disebabkan oleh antisipasi investor terhadap dampak suku bunga bagi perbankan. "Sehingga, investor masih perlu melihat kinerja perbankan dalam dua hingga tiga bulan ke depan," imbuh Frederik.

Saat ini, ia merekomendasikan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang paling menarik. "Harga BBNI sudah turun sejak awal tahun dengan target full year Rp 10.900 per saham. Price book value (PBV) BBNI juga berada di level 1,36x, yang berada di bawah mean standard deviation PBV di level 1,63x menggunakan data selama lima tahun," paparnya.

Selain itu, dari segi funding, BBNI berada di level termudah kedua setelah BBCA, yaitu dengan cost of fund berada di level 3%. Namun, kata Frederik, ia masih berekspektasi cost of fund ini dapat meningkat setidaknya 25 bps dalam waktu dekat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini