Arus Dana Asing Masih Deras Masuk Pasar Modal Indonesia Sejak Awal 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja yang positif dan berkali-kali mencetak rekor all time high semenjak bulan Maret. Rekor IHSG yang terbaru terjadi pada 5 April 2022 pada level 7.148,22.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan, masuknya dana asing juga turut andil dalam mendongkrak kenaikan IHSG. Di tengah kemelut geopolitik Ukraina-Rusia dan kenaikan Fed Funds Rate, Frankie melihat masuknya dana asing yang cukup besar menjadi sentimen positif bagi pasar modal, sehingga turut membuat investor lokal meramaikan perdagangan bursa.

Berdasarkan data RTI, dalam sepekan terakhir investor asing mencatat net buy Rp 4,29 triliun. Secara ytd, investor asing telah mencatat beli bersih Rp 35,53 triliun di seluruh pasar.


Baca Juga: Meski IHSG Turun ke 7.104 pada Rabu (6/4), Net Buy Asing Masih Deras

Frankie menilai, sekarang ini investor asing dan lokal memiliki keyakinan yang sama kuat dalam pertumbuhan pasar modal dalam negeri. Dengan demikian hal ini turut membuat kinerja IHSG mencapai ATH beberapa kali di awal tahun ini.

“Sentimen utama yang membuat pasar modal Indonesia menarik, terlebih bagi investor asing adalah harga komoditas dunia yang masih cukup tinggi, dimana Indonesia memang memiliki beragam komoditas dunia, khususnya hasil tambang,” kata Frankie kepada Kontan.co.id, Rabu (6/4).

Selain itu, ekonomi Indonesia yang semakin membaik diikuti oleh kasus Covid-19 yang sudah sangat terkendali membuat pasar modal dalam negeri makin dilirik. Yang tak kalah menarik, emiten-emiten blue chip berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja signifikan, misalnya dari sektor perbankan dan pertambangan.

Oleh karena itu juga, sambung Frankie, saham-saham sektor perbankan dan pertambangan menjadi incaran investor asing, ditambah lagi likuiditas yang cukup tinggi.

Baca Juga: IHSG Beberapa Kali All Time High, Henan Putihrai Tetap Pertahankan Target Akhir 2022

Pada awal April 2022, Frankie mencermati investor asing masih terpantau melakukan akumulasi pada saham-saham pertambangan seperti PT United Tractors (UNTR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Tetapi, untuk saham blue chip lainnya juga terpantau masih berada dalam klasemen teratas net buy asing seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Astra International (ASII), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Menurut Frankie, saham-saham perbankan masih diunggulkan sebab emiten seperti BBCA, BMRI, BBNI dan BBRI membukukan kinerja yang ciamik. Di samping itu, pemulihan ekonomi dan juga harga komoditas yang sedang naik dapat memacu peningkatan penyaluran kredit bagi industri untuk melakukan akselerasi bisnisnya.

“Jadi wajar jika investor mulai masuk ke sektor perbankan,” imbuhnya.

Dia menambahkan pelaku pasar bisa memilih saham-saham perbankan seperti BBCA dengan target Rp 8.000- Rp 8.300 per saham, dan BBRI dengan target di Rp 4.800-Rp 5.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati