Arutmin tak kerek produksi meski batubara melejit



KONTAN.CO.ID - Harga batubara acuan (HBA) terus melesat. Pada September 2017, HBA tercatat naik 9,6% menjadi US$ 92,03 per ton dari  bulan Agustus senilai US$ 83,97 per ton. Tapi, PT Arutmin Indonesia tidak memanfaatkan kesempatan kenaikan harga batubara untuk menggenjot produksi.

Chief Executive Officer (CEO) PT Arutmin Indonesia Ido Hutabarat mengatakan, meskipun harga batubara naik, Arutmin tetap akan melakukan produksi sesuai budget.

Tahun ini, Arutmin menargetkan produksi batubara sebesar 35 juta ton atau naik 5 juta ton dari produksi 2016 sebesar 30 juta ton. Produksi batubara Arutmin 50% dipasok untuk kebutuhan energi PLTU dalam negeri.


"Arutmin adalah perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Jadi, hanya bisa berproduksi di wilayah PKP2B, tidak bisa melakukan kegiatan apapun di luar PKP2B," katanya, Minggu (10/9).

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan, kenaikan harga batubara tersebut disebabkan berkurangnya pasokan dari Australia, termasuk demonstrasi di tambang New Castle.

"Harga naik akibat ketatnya suplai dari Australia termasuk ada demo di satu tambang di New Castle," katanya kepada KONTAN, Senin (10/9).

Dia menambahkan, perubahan iklim di India juga meningkatkan permintaan batubara di negara tersebut.

Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif menilai, HBA kali ini sudah berada di atas ekspektasi. Dia mengatakan, perkiraan awal HBA akan berada di kisaran US$ 60-US$ 80 per ton.

Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi kenaikan harga tersebut. Namun, terutama tetap berasal dari kebijakan China dan India. "Masih karena pengaruh dari kebijakan China dan India, ketegangan politik Korea Utara, dan pergerakan nilai dollar AS serta berkembangnya pembangunan PLTU di Asia dan khususnya di Indonesia dengan program 35.000 MW," tuturnya.

Dia optimistis sampai akhir tahun HBA tetap berada di level yang positif. Setidaknya HBA akan berada di kisaran US$ 80 per ton. "Sampai akhir tahun harga masih baik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini