KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk (
ARNA) terus berekspansi pada 2023, meski tantangan bisnis belum sepenuhnya pudar. Chief Financial Officer (CFO) Arwana Citramulia Rudy Sujanto menyampaikan, tahun ini pihaknya menyediakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 300 miliar. Modal tersebut dipakai untuk menuntaskan proyek line produksi baru di Plant 5C milik ARNA yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur.
Saat ini, proses pembangunan Plant 5C yang kelak memproduksi
galzed porcelain masih terus berlangsung. “Plant 5C akan segera berproduksi pada akhir kuartal I tahun ini,” ujar Rudy, Kamis (23/2).
Baca Juga: Laba bersih Arwana Citramulia (ARNA) Melesat 18% Menjadi Rp 576 Miliar di 2022 Mengutip materi paparan publik ARNA pada Maret 2022 lalu, total kapasitas terpasang pada pabrik-pabrik keramik ARNA mencapai 64,37 juta meter persegi (M2) per tahun pada 2021. Plant 5C sendiri nantinya akan memiliki kapasitas sebanyak 4,4 juta M2 per tahun, sehingga secara keseluruhan kapasitas terpasang ARNA akan bertambah menjadi 68,77 juta M2 per tahun. Selain itu, ARNA juga tengah melangsungkan pembangunan line produksi baru lainnya yakni Plant 4C di Palembang, Sumatra Selatan yang dapat menghasilkan keramik sebanyak 3,65 juta M2 per tahun. Dalam berita sebelumnya, Plant 4C ditargetkan selesai pada akhir 2023. Artinya, kapasitas terpasang ARNA akan kembali tumbuh menjadi 72,42 juta M2 per tahun. ARNA pun memiliki rencana pengembangan Plant 6 di area Jawa Barat yang diperkirakan beroperasi pada 2025. Plant tersebut memiliki kapasitas produksi 6 juta M2 per tahun, sehingga diperkirakan kapasitas terpasang ARNA pada 2025 nanti bisa mencapai 78,42 juta M2 per tahun.
Baca Juga: Arwana Citramulia (ARNA) Masih Berusaha untuk Mencapai Target Kerja 2022 Di luar itu, ARNA telah mengoperasi Plant I di Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi 3,78 juta M2 per tahun. Kemudian, terdapat Plant 2 di Serang, Banten (9,5 juta M2 per tahun), Plant 3 di Gresik, Jawa Timur (18,09 juta M2 per tahun), Plant IV di Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang (12 juta M2 per tahun), dan Plant V di Mojokerto (11 juta M2 per tahun). Dari sisi kinerja keuangan, ARNA mencatatkan kenaikan penjualan neto 1,57%
year on year (yoy) menjadi Rp 2,59 triliun pada akhir 2022. Setali tiga uang, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ARNA tumbuh 22,36% (yoy) menjadi Rp 576,21 miliar.
Rudy belum mengungkapkan target penjualan dan laba bersih ARNA pada tahun ini. Namun, ia memastikan bahwa ARNA masih akan fokus untuk menggarap bisnis keramik di pasar domestik. “Kami fokus untuk pasar lokal, sambil melihat peluang ekspor,” tuturnya. Kembali merujuk laporan keuangan 2022, sebagian besar penjualan neto ARNA terkonsentrasi di Pulau Jawa yakni senilai Rp 1,53 triliun. Penjualan neto perusahaan dari luar Jawa berkontribusi sebesar Rp 1,05 triliun.
Baca Juga: Laba Arwana Citramulia (ARNA) Melesat 31% pada Kuartal III 2022 Manajemen ARNA pun menyadari bahwa sentimen seperti volatilitas nilai tukar rupiah masih bisa terjadi pada 2023. Tantangan volatilitas kurs ini biasanya akan berpengaruh pada kenaikan biaya pembuatan material glazur atau bahan keramik dan biaya konsumsi gas bumi ARNA. Sebab, kedua komponen biaya tadi menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat, sekalipun khusus untuk gas bumi para pelaku industri keramik seperti ARNA sudah memperoleh insentif harga sebesar US$ 6 per MMBTU. “Kenaikan biaya ini bisa kami off set dengan cara mengurangi konsumsi gas dan mengubah formula pembuatan glazur,” tandas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli