Arwana Citramulia memoles keramik premium



SERANG. Pasar keramik premium semakin memikat PT Arwana Citramulia Tbk. Perusahaan itu ingin kontribusi penjualan keramik premium melalui merek UNO, naik dari 17% tahun lalu menjadi 25% pada tahun ini.

Sepanjang tahun 2015, Arwana mencatatkan penjualan bersih Rp 1,29 triliun. Itu berarti target kontribusi penjualan keramik UNO tahun lalu sebesar Rp 219 miliar. Cara Arwana memperbesar penjualan UNO yakni menambah ukuran produk. 

"Kami akan meluncurkan ukuran UNO yang lain yaitu 40 cm x 50 cm tahun ini," ujar Chief Operating Officer PT Arwana Citramulia Tbk Edy Suyanto di pabrik PT Arwana Citramulia Tbk, Serang, Rabu (27/4).


Arwana berharap produk UNO yang makin variatif bisa mendukung target penjualan secara keseluruhan. Minimal, perusahaan berkode ARNA di Bursa Efek Indonesia  (BEI) itu ingin mengulang catatan penjualan tahun 2014. Sebagai catatan, penjualan mereka tahun 2015 turun 19,88% menjadi Rp 1,29 triliun.

Selain memperbaiki kinerja internal, Arwana ingin lebih bergigi di pasar keramik nasional. Target mereka mendekap pangsa pasar 14%-15%.

Sambil memacu penjualan UNO, Arwana akan memperbesar volume produksi tahun ini. Mereka berencana memproduksi 51 juta meter persegi (m²) - 52 juta m² keramik.

Jika rencana produksi tahun 2016 terpenuhi, Arwana akan mencatatkan peningkatan volume produksi sebesar 2 juta m² - 3 juta m². Sebab, pada tahun 2015 mereka memproduksi 49 juta m² keramik.

Kapasitas produksi pabrik Arwana tahun 2016 semakin besar, setelah awal tahun kemarin plant V di Mojokerto beroperasi. Pabrik dengan nilai investasi Rp 300 miliar tersebut, menyumbang tambahan kapasitas produksi sebesar 8 juta m² keramik per tahun.

Sementara pada kuartal I-2016 kemarin, Arwana merealisasikan produksi 12,12 juta m² keramik. Volume produksi tersebut tumbuh 14,45% ketimbang realisasi produksi kuartal I-2015 yakni 10,59 juta m² keramik. Tak heran jika penjualan mereka pada triwulan pertama 2016 naik 8,64% menjadi Rp 390 miliar.

Terganjal harga gas

Selain volume yang meningkat, sejatinya pertumbuhan nilai penjualan Arwana juga mendapat sokongan dari revisi harga jual keramik. Manajemen perusahaan bilang telah mengerek harga pada jual tahun lalu karena ekonomi melambat. "Harganya kami adjusted di atas 5%," ujar  Edy. 

Selanjutnya, Arwana optimistis bisa kembali mencetak pertumbuhan volume dan nilai penjualan pada semester I-2016. Target pertumbuhan kinerja mereka dobel digit, yakni 20%-25% ketimbang semester I-2015.

Namun begitu, bukan berarti Arwana tak melihat tantangan bisnis. Tantangan utama perusahaan itu adalah harga beli gas sebagai bahan baku produksi yang tinggi. Catatan Arwana, belanja gas mengambil porsi 43% dalam belanja produksi. Saat ini, mereka membeli gas dengan harga US$ 9 per mmbtu.

Arwana menyayangkan sikap pemerintah yang tak kunjung memenuhi janji menurunkan harga gas bagi industri. "Paket kebijakan ekonomi III sudah keluar tapi harga gas belum turun," keluh Edy.

Padahal, sejatinya pasar ekspor keramik sangat besar.  Sebab, masih banyak negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang membutuhkan keramik tapi belum memiliki pabrik. Sebut saja Laos, Kamboja, Myanmar, Brunei Darussalam dan Malaysia. Makanya, manajemen Arwana berharap pemerintah mau menetapkan harga gas paling tidak sama dengan Malaysia.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan