AS ancam Rusia untuk menyetujui perjanjian senjata nuklir sebelum pilpres



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam Rusia bahwa mereka bisa menghadapai konsekuensi yang lebih besar dalam perpanjangan perjanjian senjata nuklir yang tersisa antara kedua negara jika Moskow tidak berkomitmen untuk memenuhi tuntutan AS.

Di antaranya menyetujui langkah-langkah verifikasi yang lebih kuat sebelum pemilihan presiden Amerika digelar pada bulan November nanti.

Kedua negara telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merundingkan pembaruan perjanjian senjata nuklir New START. Moskow mengatakan pihaknya terbuka untuk memperbaruinya selama lima tahun, sementara pemerintahan Trump sedang mencari kerangka kerja baru dan hanya akan memperbarui perjanjian jika Rusia membuat komitmen tambahan.


Baca Juga: Mengalah, TikTok bakal IPO di AS

"Apa yang kami sarankan kepada Rusia dalam hal langkah ke depan adalah dalam pandangan kami justru bahwa Rusia memiliki pilihan untuk diambil," kata Marshall Billingslea, negosiator nuklir pemerintahan Trump, kepada CNN

Pemerintahan Trump menilai bahwa Rusia putus asa untuk menegakkan New START, dan bahwa mereka akan bersedia memberikan kelonggaran untuk mempertahankannya. 

Sementara AS telah membuat permintaan signifikan dari Moskow. "Masih banyak lagi yang bisa kami minta," kata dia.

Ia menambahkan bahwa AS dapat mulai memasukkan banyak perilaku buruk lainnya yang dilakukan Rusia di seluruh dunia ke dalam negosiasi nuklir. Namun dia tidak mengatakan perilaku Rusia apa yang dia maksud.

Deklarasi Billingslea memberikan tekanan baru pada Rusia untuk maju ke meja perundingan sebelum November, tetapi Moskow sadar bahwa hasil akhir akan sepenuhnya bergantung pada siapa yang memenangkan pilpres.

Baca Juga: China kembali buka keran ekspor, harga batubara mulai terangkat

Beberapa ahli juga skeptis bahwa Rusia akan menyerah di bawah tekanan AS.

"Pemerintahan Trump memainkan permainan berisiko dengan perjanjian New START, yang telah terbukti efektif, yang dipatuhi oleh kedua belah pihak dan yang penting bagi keamanan nasional AS dan Rusia," kata Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata. 

Selanjutnya: Tegang, Taiwan siagakan sistem pertahanan udara saat 18 pesawat tempur China melintas

Editor: Tendi Mahadi