AS ancam tinggalkan meja perundingan bila tak tercapai kesepakatan dengan China



KONTAN.CO.ID - LOS ANGELES. Gedung Putih meningkatkan tekanan untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan China dalam dua minggu ke depan. Washington mengingatkan pihaknya siap meninggalkan perundingan dagang bila tidak mencapai kesepakatan.

Penjabat Kepala Staf Presiden Donald Trump Mick Mulvaney mengatakan, pada suatu titik dalam negosiasi apa pun berpotensi ditinggalkian bila di penghujung negosiasi tidak tercapai kemajuan.

"Kami hampir menyelesaikan sesuatu sehingga kami akan terus berjalan. Di sisi lain, pada titik tertentu Anda mengangkat tangan dan berkata ini tidak pernah ke mana-mana," ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Rabu (1/5).


"Anda akan tahu satu atau lain cara dalam beberapa minggu ke depan," lanjut Mulvaney saat berbicara di Milken Institute Global Conference. Tidak ada "demam" di pihak Gedung Putih untuk menyelesaikan kesepakatan, tambahnya.

Setelah empat bulan negosiasi yang intens, pemerintahan Trump menunjukkan ketidaksabarannya. Hal itu terlihat dari perubahan sebagian besar pesan optimistis tentang prospek kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang AS-China yang menghasilkan tarif US$ 360 miliar.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berada di Beijing minggu ini untuk putaran pembicaraan terakhir, dengan Wakil Perdana Menteri Liu He diperkirakan akan mengunjungi Washington minggu depan.

Saat meninggalkan hotelnya untuk pembicaraan hari Rabu, Mnuchin mengatakan mereka bertemu Liu tadi malam untuk makan malam yang menyenangkan. Dia sebelumnya mengatakan bahwa ada keinginan kuat dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan pembicaraan atau melanjutkan.

Menyusul dua putaran berikutnya, para pejabat AS berharap untuk merekomendasikan kepada presiden apakah ada  kesepakatan atau kami tidak merekomendasikannya," kata Mnuchin dalam sebuah wawancara yang direkam yang disiarkan Senin di program Fox "Pagi bersama Maria."

Gagalnya negosiasi AS-China dapat membalikkan momentum di dua ekonomi terbesar di dunia. Konflik dagang telah membebani kepercayaan dan pengiriman penyok, dengan sembilan dari 10 alat ukur dilacak oleh Bloomberg untuk menilai kesehatan perdagangan global di bawah titik tengah rata-rata mereka.

Editor: Noverius Laoli