KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) kembali memulai misi ke bulan, tapi tujuan misi ini berbeda dengan program Apollo yang berhasil menempatkan manusia ke permukaan bulan 50 tahun lalu. Badan Antariksa AS ( NASA) saat ini bersiap ke bulan untuk jangka panjang. NASA akan menjadikan bulan sebagai latihan untuk mencapai Planet Mars. Program AS ini sejalan dengan mimpi Presiden AS Donald Trump yang ambisius bahwa mereka tidak harus kembali ke bulan lagi, melainkan harus ke Mars.
Baca Juga: Kapsul tak berawak SpaceX telah mendarat kembali di Bumi "NASA seharusnya TIDAK berbicara tentang pergi ke Bulan - Kami melakukannya 50 tahun yang lalu. Mereka harus fokus pada hal-hal yang jauh lebih besar yang kita lakukan, termasuk Mars." tweet Trump beberapa waktu lalu seperti dilansir Reutes, Senin (22/7). Namun sebulan pasca tweet tersebut, Administrator NASA Jim Bridenstine mengatakan, mereka akan tetap kembali ke bulan dan kemudian ke Mars. "Kami akan segera kembali ke bulan dan suatu hari nanti kami akan menanam bendera Amerika di Mars." ujarnya.
Baca Juga: Mengungkap rahasia alam semesta, apakah jagat raya juga berputar seperti Bumi? Ia melanjutkan, sebelum mereka memulai program ke Mars, mereka terlebih dahulu harus berlatih di bulan. Menurut Bridenstine, bulan sebagai tempat perbukitan teknologi seperti printer 3D robot, pendarat bulan dan bahkan roket. Artinya, tidak seperti kunjungan ke bulan yang singkat di era Apollo, perjalanan ke bulan di masa depan akan berfungsi sebagai tempat pelatihan yang diperlukan dengan tujuan akhir mencapai misi ke Mars.
Baca Juga: Miliarder Turki yang sempat gagal menjalankan proyek di NASA (3) Karena itu, saat ini, merupakan kesempatan bagi NASA membangun pangkalan di bulan, tempat para astronot dapat tinggal, hidup dan bekerja dan bahkan meluncurkan roket ke bagian yang lebih dari tata surya seperti Mars. Ambisi ini memang terdengar menggairahkan, tetapi Bridenstine menuturkan, seharusnya orang Amerika sudah berapa di Mars, namun hal itu terhambat akibat apa yang ia sebut "risiko politik", yang berarti dalam hal ini masalah pendanaan.
Baca Juga: NASA buka stasiun luar angkasa untuk turis, ini harga karcisnya Kurangnya penjelajahan luar angkasa dalam beberapa tahun terakhir membuat pahlawan Apollo 11 Buzz Aldrin berkomentar beberapa waktu lalu. "Itu 50 tahun yang tanpa kemajuan. Saya pikir kita semua harus sedikit malu bahwa kita tidak bisa berbuat lebih baik dari itu," tuturnya.
Namun kali ini, pendaratan manusia di bulan, yang diharapkan terjadi pada 2024, kemungkinan terjadi karena bantuan keuangan dari perusahaan swasta SpaceX milik Elon Musk atau Jeff Bezos' Blue Origin.
Baca Juga: Satelit Nusantara Satu sukses diluncurkan ke orbit angkasa Misi luar angkasa yang disebut sebagai Artemis oleh NASA - dalam mitologi Yunani, artinya kembaran perempuan Apollo dan mendorong pertukaran ini dengan Bridestine. Jadi terbuka peluang pendaratan ke bulan pada 2024 akan dilakukan wanita atau astronot perempuan. Setelah misi ke bulan, maka misi ke Mars bisa dilakukan dengan cepat pada 2033. Untuk itu, butuh kerja keras dan proyek raksasa bagi umat manusia mewujudkan target ambisius tersebut.
Editor: Noverius Laoli