KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) menyampaikan rencananya untuk mengirim kapal induk dan jet tempurnya ke sekitar Israel sebagai bentuk dukungan. Kehadiran militer AS ini sepertinya akan memperumit situasi keamanan di kawasan tersebut pasca serangan kejutan Hamas akhir pekan lalu.

Rencana tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan AS, Llyod Austin, pada hari Minggu (8/10). Austin mengatakan Washington juga akan meningkatkan bantuan militer dan memberikan amunisi kepada Israel.

Mengutip Al Jazeera, Austin juga yakin serangan terbaru Hamas akhir pekan lalu ditujukan untuk mengganggu potensi normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

Baca Juga: Militer Israel dan Hezbollah Saling Bertukar Tembakan Artileri dan Roket

"Bantuan keamanan untuk Israel akan mulai diberikan pada hari Minggu dan AS juga akan menambahkan jet tempur ke wilayah tersebut. AS juga telah memerintahkan pemindahan kelompok penyerang kapal induk lebih dekat ke Israel, termasuk kapal induk USS Gerald R. Ford," kata Austin.

Di hari yang sama, Presiden AS Joe Biden juga menyampaikan pesan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memastikan bahwa bantuan militer AS untuk militer Israel sedang dalam perjalanan.

Wakil Presiden AS Kamala Harris pun menunjukkan dukungan aktifnya kepada Israel dengan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog.

Melihat dukungan terbuka kepada Israel, Hamas menilai bahwa AS kini telah secara terbuka melakukan agresi terhadap warga Palestina.

Baca Juga: Mengenal Hamas: Asal-Usul, Tujuan Gerakan, dan Pendukungnya

"Pengumuman AS bahwa mereka akan menyediakan kapal induk untuk mendukung pendudukan Israel adalah partisipasi nyata dalam agresi terhadap rakyat kami," kata Hamas dalam pernyataannya.

Hamas pada hari Sabtu mengatakan serangannya didorong oleh peningkatan serangan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem dan di penjara-penjara Israel.

Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, secara khusus menyoroti tingginya ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa, kelanjutan blokade Israel di Gaza, dan normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab.