AS dan China sepakati mayoritas perjanjian, akhir perang dagang kian dekat



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Akhir perang dagang antara Amerika Serikat dan China nampaknya sudah makin dekat. Setelah para pejabat tinggi dari kedua negara dilaporkan telah menyelesaikan sebagian besar masalah yang menghalangi kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan dagang mereka yang sudah berjalan lama.

Meski begitu, seperti dilansir dari Financial Times, sejumlah pihak menyebut masih ada tawar-menawar antara kedua pihak terkait cara penerapan dan penegakan hukum dalam perjanjian tersebut. 

Liu He, Wakil Perdana Menteri China dilaporkan sedang bersiap untuk bertemu perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, untuk melakukan sesi negosiasi puncak yang berpotensi dimulai pada hari Rabu waktu setempat di Washington.


Pembicaraan tersebut adalah agenda terbaru dari serangkaian pertemuan selama empat bulan terakhir. Di sisi lain, berita soal kedua pihak yang makin mendekati kesepakatan telah membuat pasar saham makin bertenaga.

Namun meskipun kesepakatan makin berpotensi dicapai, kedua belah pihak masih tetap terpisah pada dua masalah utama. Pertama adalah nasib pungutan yang diterapkan AS yang ada pada barang-barang dari China, yang diminta Beijing untuk dihapus. 

Dan poin kedua adalah ketentuan mekanisme penegakan yang diminta oleh Washington untuk memastikan bahwa Tiongkok akan mematuhi kesepakatan.

Myron Brilliant, Wakil Presiden Eksekutif untuk Urusan Internasional Kamar Dagang AS. menyebut kedua pihak kini sudah memasuki tahap akhir permainan.  "90% dari kesepakatan telah dilakukan, tetapi 10% terakhir adalah bagian tersulit dan akan membutuhkan pertukaran di kedua sisi," katanya kepada wartawan, Selasa.

Jika diskusi pada minggu ini berhasil, maka dapat membuka jalan bagi pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada bulan ini. Dengan begitu, sebuah penandatanganan perjanjian bisa dilakukan untuk mengangkat awan besar yang selama ini telah menggantung di atas pasar ekonomi dan keuangan dunia. 

Editor: Tendi Mahadi