AS dan lebih dari selusin negara barat ramai-ramai mengusir diplomat Rusia



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS), Kanada dan lebih dari selusin negara Uni Eropa mengusir sejumlah diplomat Rusia, perwira intelijen, dan pejabat lainnya. Langkah ini dilakukan sebagai tanggapan terkoordinasi atas serangan kimia warga negara Inggris dan putrinya yang disebut negara-negara Barat kemungkinan dilakukan oleh Rusia.

Mengutip Wall Street Journal, Senin (26/3), AS mengusir 60 warga Rusia yang diidentifikasi sebagai perwira intelijen, 48 staf dari kedutaan Rusia dan 12 dari misi permanen ke PBB.

Tindakan yang diambil oleh AS ini, selain sebagai bentuk dukungan terhadap Inggris, juga didorong atas rasa keberatan Gedung Putih terhadap "jumlah yang tidak dapat diterima" dari operasi Rusia di AS. Tak hanya itu, AS juga memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle yang dekat dengan fasilitas angkatan laut AS.


Di antara negara-negara Eropa yang mengusir diplomat Rusia adalah Jerman. Jerman diberitakan telah mengusir empat warga Rusia. Kemudian Polandia, Lithuania dan Denmark, yang juga menyatakan telah mengusir keluar masing-masing empat, tiga dan dua diplomat.

Sementara, Kanada mengusir empat staf diplomatik Rusia yang merupakan pejabat intelijen atau ancaman keamanan dari kedutaan di Ottawa dan Konsulat Jenderal di Montreal. Presiden Dewan Eropa Donald Tusk memperingatkan bahwa pengusiran lebih banyak bisa dilakukan dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

"Tindakan hari ini membuat Amerika Serikat lebih aman dengan mengurangi kemampuan Rusia untuk memata-matai orang Amerika dan melakukan operasi rahasia yang mengancam keamanan nasional Amerika," kata sekretaris pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders, dikutip dari Wall Street Journal.

Gerakan terkoordinasi ini dilakukan selang beberapa minggu setelah terjadinya serangan kimia di kota Salisbury, Inggris, pada Sergei Skripal, mantan agen ganda Rusia, dan putrinya. Keduanya kini masih dalam kondisi kritis.

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan, serangan di Salisbury telah mengguncang Uni Eropa. Sebab, untuk pertama kalinya setelah perang dunia kedua, serangan kimia telah digunakan di tengah-tengah Eropa.

"Pemerintah Rusia sejauh ini belum menjawab salah satu pertanyaan terbuka juga tidak menunjukkan kesiapan untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelidiki serangan itu,” kata Maas, dilansir dari Wall Street Journal.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie