AS dan Sekutunya Menyatakan Siap Membalas Serangan Siber Rusia



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat AS dan Eropa pada hari Selasa (15/2) menyatakan siap membalas serangan siber Rusia jika ketegangan di perbatasan Ukraina terus meningkat. Sejumlah skenario balasan baru akan disiapkan berdasarkan tingkat keparahan serangannya.

Berbicara secara anonim kepada Reuters, para pejabat menegaskan bahwa mereka siap merespons segala aksi Rusia di luar upaya invasi, termasuk banyaknya peretasan yang diduga didalangi pihak-pihak dari Rusia belakangan ini.

"Presiden telah mengatakan kami akan menanggapi tindakan Rusia selain invasi militer. Tapi apa yang diputuskan tergantung pada tingkat serangan siber. Ada begitu banyak rentang, sulit untuk membahas secara spesifik," kata seorang pejabat AS.


Baca Juga: Bank Sentral Eropa Ajak Semua Bank Bersiap Menghadapi Serangan Siber dari Rusia

Sementara itu, sekutu AS dari Eropa juga akan mengambil tindakan serupa. Pejabat Eropa melihat serangan siber merupakan cara lama Rusia dalam melakukan konfrontasi militer.

"Serangan siber adalah komponen lama dari strategi Rusia, dan telah digunakan oleh Moskow dalam konfrontasi militer masa lalu dengan Georgia dan Ukraina. Itu bagian dari pedoman mereka," ungkap seorang pejabat Eropa.

Penyataan ini keluar setelah pada hari Selasa sistem online Kementerian Pertahanan Ukraina dan dua banknya diretas. Ukraina menyalahkan Rusia karena polanya mirip dengan sejumlah serangan di masa lalu.

Beberapa saat setelahnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Washington berkoordinasi erat dengan sekutu NATO dan mitra lainnya untuk memperluas pertahanan terhadap ancaman di dunia maya.

Baca Juga: Uni Eropa Menuding Rusia Sedang Berusaha Memecah Belah Eropa

Meski AS, Eropa, dan Kanada telah menyusun paket sanksi terperinci jika pasukan Rusia menyerang Ukraina, tapi mereka belum memiliki rencana yang jelas tentang bagaimana menanggapi serangan siber.

Tanggapan bisa berupa tindakan selain sanksi, termasuk serangan fisik atau siber pada server yang terlibat, ungkap salah seorang sumber yang dekat dengan masalah keamanan siber negara-negara Barat.

Sejauh ini negosiasi antara pejabat AS dan Eropa lebih berfokus pada penyesuaian sanksi yang kemungkinan akan dikenakan jika terjadi invasi fisik daripada memetakan menu opsi untuk serangan siber.