KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan barang pada Juli 2024 mencapai US$ 0,47 miliar, atau turun US$ 1,92 miliar dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,39 miliar. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, berdasarkan negara mitra dagang utama Indonesia, Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang surplus terbesar pada neraca perdagangan Indonesia. Sementara China justru menyumbang defisit terbesar. “Pada Juli 2024, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesar adalah surplus dengan AS,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (15/8).
Surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai US$ 1,27 miliar atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,21 miliar. Surplus ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai US$ 287,5 juta, pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) mencapai US$ 244,3 juta, dan pakaian serta aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) mencapai US$ 187,3 juta.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Juli 2024 Makin Tipis Hanya Mencapai US$0,47 Miliar Sedangkan dengan India mengalami surplus sebesar US$ 1,23 miliar tetapi turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,46 miliar. Surplus ini didorong oleh bahan bakar mineral (HS 27) mencapai US$ 553,1 juta, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) mencapai US$ 227,6 juta, serta besi dan baja (HS 72) mencapai 208,6 juta. Lalu dengan Filipina mencapai US$ 742,9 juta, atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 694,8 juta. Surplus ini didorong oleh kendaraan dan bagiannya (HS 87) 257,3 juta, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 255,9 juta, serta besi dan baja (HS 72) sebesar US$ 63 juta. Lebih lanjut, Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan dengan China sebesar US$ 1,70 miliar atau meningkat dari defisit bulan sebelumnya yang mencapai US$ 682 juta. Defisit ini disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar US$ 1,52 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar US$ 1,23 miliar, dan kendaraan serta bagiannya (HS 82) sebesar 343 juta.
Baca Juga: BPS: Impor Bulan Juli 2024 Meningkat 17,82% Jadi US$ 21,74 Miliar Kemudian dengan Australia mencatatkan defisit sebesar US$ 602,8 juta, atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 341 juta. Defisit ini disumbang oleh bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 302,9 juta, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) sebesar US$ 188,5 juta, serta biji logam, terak, dan abu (HS 26) sebesar US$ 121,5 juta. Serta dengan Singapura mencatatkan defisit sebesar US$ 402,5 juta atau turun dari defisit bulan sebelumnya yang mencapai US$ 308,2 juta. Defisit ini disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar US$ 155,1 juta,
instrument optic, fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90) mencapai US 104,1 juta, bahan kimia organik (HS 29) mencapai US$ 85,8 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati