KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pada Jumat (23/8/2024), Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 400 entitas dan individu karena mendukung upaya perang Rusia di Ukraina. Ini termasuk perusahaan-perusahaan China yang menurut pejabat AS membantu Moskow menghindari sanksi Barat dan membangun militernya. Hal tersebut ditegaskan oleh Departemen Luar Negeri AS.
Mengutip
Reuters, Washington telah berulang kali memperingatkan Beijing atas dukungannya terhadap pangkalan industri pertahanan Rusia. AS juga telah mengeluarkan ratusan sanksi yang ditujukan untuk membatasi kemampuan Moskow dalam mengeksploitasi teknologi tertentu untuk keperluan militer. Berdasarkan lembar fakta Departemen Luar Negeri yang menguraikan sanksinya terhadap 190 target, sanksi hari Jumat mencakup tindakan terhadap perusahaan-perusahaan di China yang terlibat dalam pengiriman peralatan mesin dan mikroelektronika ke Rusia. Departemen Keuangan AS mengatakan pihaknya juga menargetkan jaringan transnasional yang terlibat dalam pengadaan amunisi dan material lain untuk Rusia, membantu oligarki Rusia dan pihak lain menghindari sanksi dan mencuci emas untuk perusahaan yang dikenai sanksi. "Rusia telah mengubah ekonominya menjadi alat yang melayani kompleks industri militer Kremlin," kata Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo dalam pernyataan tersebut. Dia menambahkan, "Perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah di seluruh dunia perlu memastikan bahwa mereka tidak mendukung rantai pasokan industri militer Rusia."
Baca Juga: Ini Alasan Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS Pemerintahan Biden juga menambahkan 123 entitas ke daftar kontrol ekspor AS yang dikenal sebagai Daftar Entitas yang memaksa pemasok untuk memperoleh lisensi sebelum mengirim ke perusahaan yang menjadi sasaran. Entitas yang ditambahkan pada hari Jumat mencakup 63 entitas di Rusia dan 42 di China, menurut pemberitahuan yang dipublikasikan di Federal Register. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengucapkan terima kasih kepada AS atas "sanksi tambahan" dalam sebuah pesan di platform media sosial X. Zelenskiy mengatakan bahwa sanksi tersebut akan semakin melemahkan kemampuan Rusia untuk "melakukan perang agresif terhadap Ukraina."
"Tekanan pada agresor harus dipertahankan dan ditingkatkan terus-menerus selama Rusia melanjutkan agresinya," tambah Zelenskiy.
Baca Juga: India Melampaui China dan Menjadi Pembeli Minyak Terbesar Rusia pada Bulan Juli Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang sanksi baru tersebut. Setelah merebut Krimea dari Ukraina pada tahun 2014, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke negara tetangganya pada bulan Februari 2022, yang memicu sejumlah sanksi ekonomi baru AS terhadap Moskow.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie