AS jatuhkan sanksi ke perbankan Korea Utara



WASHINGTON. Program nuklir Korea Utara berbuntut panjang. Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Daedong Credit Bank. Perbankan asal Pyongyang ini dianggap ikut menyokong program senjata pemusnah massal yang dikembangkan pemerintahan Kim Jong Un.

Kementerian Keuangan AS menuduh Daedong Credit Bank (DCB) telah mengucurkan fasilitas kredit kepada Korea Mining Developing Trading Corp atau KOMID. Bank ini adalah pedagang utama senjata Korea Utara, seperti dikutip Reuters, Kamis (27/6).

Bukan hanya itu. DCB pun dituding AS telah mengalirkan kredit kepada Tanchon Commercial Bank (TCB), lembaga keuangan utama bagi Pyongyang.


Dalam beberapa kasus, menurut pemerintah AS, DCB telah sengaja memfasilitasi transaksi tersebut dengan cara memanipulasi. "SejakĀ  tahun 2007, Daedong Credit Bank telah memfasilitasi ribuan transaksi keuangan yang bernilai jutaan dollar Amerika Serikat atas nama KOMID dan TCB," ungkap Kementerian Keuangan AS.

Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi kepada anak usaha (front company) Daedong, yakni DCB Financial Limited. Dua perwakilan perusahaan tersebut, yaitu Kim Chol Sam dan Son Mun San, diketahui sebagai anggota biro hubungan eksternal Badan Energi Atom Korea Utara.

Washington menyatakan bahwa front company Daedong telah melakukan transaksi keuangan internasional sebagai strategi untuk menghindari pemeriksaan oleh lembaga-lembaga yang tidak ingin melakukan bisnis dengan pihak Korea Utara.

Secara umum, pemerintahan Barack Obama melarang warga AS terlibat dalam transaksi dengan entitas atau orang yang masuk dalam target. Kementerian Keuangan juga akan membekukan aset terkait dengan target yang kemungkinan berada di AS.

Sebelum penerapan sanksi baru ini, pada Maret lalu, pemerintah AS juga menerapkan langkah serupa kepada Foreign Trade Bank (FTB) Korea Utara, bank devisa utama di negara itu. Dengan melarang FTB dari transaksi internasional, AS ingin menutup akses pendanaan kepada Pyongyang.

Alhasil, perbankan di Uni Eropa enggan melakukan bisnis dengan FTB. Bahkan, bank devisa terbesar di China, Bank of China, telah menutup rekening FTB.

Editor: Sandy Baskoro