AS Keluar Duit, Harga SUN Jadi Melejit



JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) naik drastis, Senin (22/9). Keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) melepas dana hingga US$ 700 miliar untuk menalangi kerugian perusahaan keuangan yang ambruk di AS meniupkan sentimen positif pada harga obligasi terbitan pemerintah tersebut.

Harga SUN FR0048 yang bertenor 10 tahun kemarin naik menjadi 79,79 dari 76,70 sehari sebelumnya, atau menguat sekitar 4,03%. Sementara imbal hasil alias yield obligasi tersebut turun 5% dari 13,28% menjadi 12,61%. Ini adalah posisi yield terendah sejak tahun 2005.

Selain itu, menurut catatan Benjamin Siahaan, analis obligasi dari Panin Sekuritas, SUN seri FR0027, seri FR0034 serta FR0049 mencatatkan kenaikan paling baik setelah mengalami tekanan paling hebat tiga bulan yang lalu. "Kini mereka mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi," ujar Benjamin, kepada KONTAN, Senin (22/9). Selain didorong sentimen positif dari global, para analis juga menilai kenaikan harga SUN juga didukung oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga overnight repo dari sebelumnya 12,25% menjadi sebesar 10,25%. Kondisi ini membuat perbankan yang kesulitan likuiditas melirik kebijakan BI ini sebagai sebuah kesempatan. "Perdagangan SUN pun kembali marak," tegas Benjamin.


Namun para analis tak lantas menyarankan investor masuk membeli SUN. Benjamin menyarankan, investor yang berniat ingin masuk ke pasar obligasi sebaiknya melihat kondisi beberapa waktu ke depan. Pasalnya, tidak ada yang bisa membuktikan efektivitas penyelamatan yang dilakukan pemerintah AS terhadap pasar finansial.

Senada dengan Benjamin, Analis Trimegah Securities Agus Salim melihat langkah The Fed memberikan kucuran likuiditas bagi lembaga-lembaga keuangan di sana memiliki sentimen positif bagi pasar. Namun investor juga harus jeli membaca seberapa besar dampak yang akan diberikannya.

Agus menyarankan, investor yang memiliki horizon investasi jangka pendek sebaiknya menahan keinginannya masuk ke pasar obligasi. Alasannya, "Volatilitas masih sangat tinggi," tandas Agus. "Namun bagi investor jangka panjang, tidak ada salahnya mulai mengoleksi," sarannya.

Namun, Analis Danareksa Sekuritas, Budi Susanto optimis pasar obligasi ke depan masih berprospek. Salah satu alasannya adalah inflasi saat ini telah mencapai puncak dan cenderung bergerak mendatar, bahkan sudah mulai mengalami penurunan. "Dengan asumsi seperti itu, harga obligasi masih akan naik lagi," tegas Budi.

Tambah lagi, berdasarkan catatan Budi, posisi indeks yield SUN pada saat ini masih lebih rendah ketimbang indeks pada bulan Juni lalu yang mencapai angka 13,24%. Artinya, posisi indeks SUN saat ini yang bergerak di level 12%, maka masih ada cukup ruang bagi investor untuk memetik keuntungan dari kenaikan yield SUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test