AS kerek pajak biodiesel, industri sawit merugi?



KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat akan segera menaikkan tarif bea masuk impor biodiesel. Komisaris Utama Wilmar, Master Parulian Tumanggor menilai, negara yang menaikkan tarif impor karena beberapa alasan, yaitu untuk kesepakatan dagang atau sebagai bentuk proteksi.

Menurut Master, langkah yang diambil AS merupakan salah satu upaya Amerika Serikat untuk melindungi petani khususnya penghasil biodiesel berbahan kedelai.

"Harga biodiesel sawit kita cukup murah. Daripada membiarkan industri kedelai mereka mati, ya dia coba kurangi dari kita, sehingga perusahaan di sana membeli kedelai," tutur Master, Senin (11/9).


Master tidak menampik bahwa kebijakan Amerika ini akan berdampak bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Terlebih apabila dilihat dari sisi persaingan dengan produsen biodiesel lainnya. Namun, lanjutnya, kebijakan ini belum tentu akan menimbulkan kerugian bagi Indonesia.

"Yang membayar bea masuk kan dia (Amerika). Sepanjang harganya masih menguntungkan bagi Indonesia ya tidak masalah. Namun, dia akan membandingkan antara mengimpor biodiesel sawit atau mengimpor biodiesel kedelai. Kalau harganya lebih murah kedelai, mereka akan beli kedelai, dan begitu sebaliknya," papar Master.

Menurutnya, volume ekspor biodiesel Indonesia ke Amerika Serikat tidak terlalu besar. Hal itu diakibatkan adanya persaingan antara Indonesia dan Malaysia sebagai penghasil biodiesel sawit. Indonesia hanya mengekspor 400.000 ton biodiesel ke Amerika. Di samping itu, Indonesia sedang mengembangkan pasar biodiesel ke China, Pakistan, dan India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini