AS Kirim Armada Jet Tempur F-22 Raptor ke Timur Tengah untuk Hadapi Pasukan Rusia



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Militer AS baru-baru ini mengumumkan telah mengirim armada jet tempur F-22 Raptor ke Timur Tengah dengan tujuan untuk menghadapi aksi militer Rusia yang dianggap tidak aman di kawasan tersebut.

Melansir Sputnik, CENTCOM, komando tempur AS yang bertanggung jawab atas operasi militer AS di Timur Tengah, pada hari Rabu (14/6) menggambarkan pengerahan itu sebagai bukti dari dukungan dan kemampuan respons AS atas perilaku yang semakin tidak aman dan tidak profesional oleh pesawat Rusia di wilayah tersebut.

CENTCOM tidak menyebut secara pasti wilayah mana yang dimaksud, namun satu-satunya tempat di Timur Tengah di mana pesawat militer Rusia beroperasi secara teratur adalah Suriah.


Keberadaan pasukan Rusia di Suriah pun merupakan permintaan langsung dari pemerintah Suriah yang diakui secara internasional.

Baca Juga: AS Kembali Khawatirkan Adanya Upaya Pengiriman Senjata dari Korut ke Rusia

"CENTCOM mengharapkan penyebaran F-22 bisa menunjukkan kemampuan AS untuk memposisikan kembali pasukan dan memberikan kekuatan yang luar biasa pada saat yang sama," lapor CENTCOM.

Jet tempur F-22 Raptor dari Skuadron Tempur ke-94 biasanya ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Langley yang berjarak 11.000 kilometer dari wilayah tujuan. Jet itu disebut akan berintegrasi dengan pasukan koalisi di darat dan di udara.

Komandan CENTCOM, Jenderal Michael 'Erik' Kurilla, menuduh Angkatan Udara Rusia terlibat dalam perilaku tidak aman dan tidak profesional terhadap pasukan AS.

"Ini bukan yang kami harapkan dari angkatan udara profesional," kata Kurilla.

Baca Juga: AS Siap Mengirim Paket Militer Baru ke Ukraina, Mencakup 25 Kendaraan Lapis Baja

Pada akhir Maret, CENTCOM mengatakan bahwa pesawat Rusia telah terbang di atas wilayah udara Suriah dari garnisun ilegal AS di al-Tanf dengan intensitas sekitar 25 dalam satu bulan.

Pada bulan April, CENTCOM merilis rekaman pesawat Rusia yang mencegat jet tempur AS di Suriah. Mereka menyebut rekaman itu sebagai bukti pelanggaran Rusia terhadap wilayah udara Pasukan Koalisi Suriah.

Kementerian Pertahanan Rusia menyangkal segala tuduhan yang datang dari Pentagon tersebut, mengatakan bahwa pihak AS telah terlibat dalam pelanggaran protokol keselamatan penerbangan, termasuk aktivasi sistem senjata untuk menargetkan jet Rusia.

Sebagai balasan, militer Rusia pada bulan April melaporkan adanya penerbangan koalisi AS di Suriah yang melanggar memorandum Rusia-AS tentang keselamatan penerbangan sebanyak 665 kali dalam empat bulan pertama tahun 2023.