AS: Korea Utara 'mengemis' perang



KONTAN.CO.ID - Senin (4/9) kemarin, Amerika Serikat mengatakan, negara-negara yang menjalin kerjasama perdagangan dengan Korea Utara (Korut) telah membantu 'pengembangan nuklir berbahaya' mereka. AS sendiri tengah mempersiapkan sanksi baru yang lebih keras untuk Korut. Di sisi lain, Korut memberikan sinyal untuk melakukan ujicoba rudal kembali.

Terkait hal ini, pemerintah Korea Selatan pun mempersiapkan diri. Korsel mengatakan sudah berbicara dengan Washington mengenai pengerahan pesawat tempur dan pengebom strategis ke Semenanjung Korea. Langkah ini dilakukan menyusul ujicoba rudal keenam Korut dan ujicoba nuklir terdahsyat yang dilakukan pada Minggu (3/9) lalu.

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan kantor kepresidenan Korsel, Presiden Korsel Moon Jae-in dan Presiden AS Donald Trump melalui sambungan telepon menyetujui untuk membatalkan batasan berat rudal Korsel. Dengan demikian, Korsel bisa menyerang Korut dengan kekuatan yang lebih besar jika terjadi konflik militer.


Selain itu, Trump juga berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel melalui telepon. Trump menekankan pada 'seluruh opsi' untuk mengatasi ancaman yang ada. Dalam pernyataan resmi, Gedung Putih menegaskan, kedua pimpinan mengutuk ujicoba nuklir Korut dan menekankan kembali pentingnya koordinasi yang lebih erat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pernyataan dari pemerintah Jerman juga mengatakan, Merkel setuju untuk menekan Uni Eopa agar memberikan sanksi yang lebih keras terhadap Korut.

Pada pertemuan Dewan Keamanan, Perwakilan AS Nikki Haley mengatakan Kim Jong Un dan Korut 'mengemis untuk berperang' dan mengimbau 15 anggota dewan untuk mengambil kebijakan keras untuk melawan Kim.

"Perang bukanlah hal yang diinginkan AS. Kami tidak menginginkannya sekarang. Namun, batas kesabaran kami terbatas. Kami akan membela sekutu dan wilayah kami," jelas Haley.

Dia juga menambahkan, "AS akan melihat setiap negara yang melakukan kerjasama dengan Korut, juga negara mana saja yang memberikan bantuan terhadap program nuklir Korut yang berbahaya," paparnya.

Menurut Haley, AS akan membagikan resolusi Dewan Keamanan terhadap Korut pada pekan ini dan menginginkan dilakukan voting pada Senin pekan depan.

Sementara, China dan Rusia menyarankan agar dilakukan resolusi damai atas terjadinya krisis ini.

"China tidak akan membiarkan kerusuhan dan perang di Semenanjung Korea," jelas Liu Jieyi, perwakilan China di PBB.

Sedangkan Rusia mengatakan, kedamaian di kawasan regional tengah berada di ujung tanduk.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie