AS-Korut tegang, investor mulai jaga-jaga



KONTAN.CO.ID - Gesekan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara mulai mempengaruhi pasar saham. Investor dalam negeri mulai waspada. Namun investor juga tak buru-buru berpaling ke instrumen investasi lain.

Perang komentar antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un sepekan terakhir berbuntut panjang. Korea Utara berencana menyerang Guam, wilayah AS di Samudra Pasifik, dengan empat rudal balistik jarak menengah. Jika perang antara dua negara ini benar terjadi, pasar saham global bisa terkena dampaknya.

Menyikapi sentimen global ini, investor dalam negeri sudah mulai waspada. Heryanto, Managing Director komunitas Gemamulia. "Memang kalau lihat kondisi seperti ini ditambah cycle 10 tahunan krisis ini memang agak ketar-ketir juga, " kata Heryanto Sabtu (12/8).


Di sisi lain, Heri cukup optimistis melihat kondisi fundamental Indonesia yang dipandangnya masih kuat. Namun, menurutnya investor lebih baik berjaga-jaga dan mulai mengurangi portofolio saham. Heri menilai simpanan cash lebih aman untuk saat ini. "Safe haven asset memang selalu saya sisihkan untuk itu, tetapi kondisi sekarang masih okelah. Belum terlalu jor-joran beli emas. Sekarang agak terlambat mau beli emas. Cash lebih aman," timbang Heri.

Sementara itu, founder komunitas Fibo Princess Linda Lee memilih untuk fokus pada trading plan yang telah ia buat. Investor yang banyak bermain di saham blue chips ini mulai beralih ke forex untuk berjaga-jaga. "Setiap trading ambil posisi pasti sudah siap dengan trading plan. Ada rencana beralih, paling ke forex. Tapi tetap pembagian besar di saham," ujar Linda.

Di sisi lain, Asep Muhammad Saepul Islam, founder Syariah Saham menilai bahwa konflik nantinya akan berimbas besar pada sektor komoditas. Bagi Asep yang memiliki 50% lebih portofolio di sektor penunjang konstruksi, ketegangan global tak begitu menyita perhatian.

Asep bilang, ia lebih cenderung melihat laporan keuangan perusahaan. Jika ada perubahan dari sisi fundamental, Asep baru akan merevisi. "Konflik apapun yang terjadi, ketika misal perusahaan masih mencetak laba, kenapa tidak, kita nambah lagi bahkan," tutur dia.

Bicara soal aset safe haven, Asep sementara ini belum tertarik. Baginya pemilihan instrumen investasi didasarkan pada profil resiko masing-masing investor. " Saya dari dulu lebih suka saham. Emas misalnya dari dulu agak ribet. Kalau saham kan santai aja. Bukan masalah nilai, tapi penyimpananya juga," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati