AS perketat barang elektronik di kabin pesawat



NEW YORK. Amerika Serikat (AS) melarang penumpang pesawat membawa perangkat elektronik di kabin dalam penerbangan dari delapan negara yang akan masuk AS. Sebagian besar berasal dari negara Timur Tengah dan Afrika Utara. 

Sebuah sumber dari pemerintahan AS mengatakan kepada BBC, peraturan itu akan mempengaruhi sembilan maskapai yang beroperasi di sekitar 10 bandara. Media AS melaporkan, aturan ini muncul dipicu oleh desakan intelijen. 

Perangkat elektronik yang dimaksud seperti laptop, kamera tablet, pemutar DVD, dan permainan elektronik. Namun, ponsel masih diperbolehkan. Peralatan elektonik yang dilarang masuk kabin itu masih bisa masuk lewat barang-barang yang dicek untuk masuk ke bagasi. 

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menolak berkomentar terkait masalah ini. Namun diperkirakan akan ada pengumuman resmi pada hari ini. Pemerintah juga tidak memberikan detil alasan pelarangan ini dijalankan. Pelarangan ini pun tidak ada batas waktu. 

Februari lalu, sebuah pesawat asal Dubai rusak karena ledakan sesaat setelah lepas landas dari Mogadhishu, Somalia. Tim investigasi bilang seorang penumpang yang tersedot keluar pesawat adalah yang telah membawa bom laptop. 

Pilot berhasil mendaratkan pesawat. Penumpang yang diduga pembom adalah satu-satunya penumpang yang tewas. Grup militan al-Shabab yang terkoneksi dengan al-Qaeda mengklaim bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Hal itu yang kemudian mungkin menjadi perhatian intelijen AS saat ini. 

Daftar maskapai yang akan kena dampak belum diumumkan, tapi pemerintah mengatakan kepada Associated Press (AP) 10 bandara di delapan negara berikut ini yang akan kena dampaknya: 

Queen Alia International, Amman, Jordania Cairo International Airport, Mesir Ataturk Airport, Istanbul, Turki King Abdulaziz International, Jeddah, Saudi Arabia King Khalid International, Riyadh, Saudi Arabia Kuwait International Airport Mohammed V International, Casablanca, Maroko Hamad International, Doha, Qatar Dubai International, United Arab Emirates Abu Dhabi International, United Arab Emirates

  

Editor: Rizki Caturini