KONTAN.CO.ID - PARIS. Amerika Serikat melaporkan wabah flu burung H7N9 pertama di peternakan unggas sejak tahun 2017, di tengah upaya negara tersebut menangani penyebaran strain flu burung lain yang telah menginfeksi manusia dan menyebabkan lonjakan harga telur. Flu burung atau avian influenza telah menghancurkan populasi unggas di berbagai negara, mengganggu pasokan pangan dan memicu kenaikan harga bahan makanan. Penyebarannya ke mamalia, termasuk sapi perah di AS, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah akan potensi pandemi baru. Strain yang paling berdampak pada unggas dalam beberapa tahun terakhir adalah H5N1, yang juga telah menyebabkan kematian satu orang di AS. Namun, varian H7N9 memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi di kalangan manusia.
Baca Juga: Politisi Prancis Menuntut Amerika Serikat Mengembalikan Patung Liberty Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak pertama kali terdeteksi di China pada 2013, virus ini telah menginfeksi 1.568 orang di seluruh dunia dan menewaskan 616 di antaranya—setara dengan tingkat kematian 39%. Meski demikian, WHO menyatakan bahwa baik H5N1 maupun H7N9 tidak menunjukkan pola penularan yang mudah dari manusia ke manusia.