KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat akhirnya mengirim proposal kepada Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata sementara di Gaza. AS juga menentang rencana serangan Israel ke Rafah. Sikap ini muncul setelah sebelumnya AS diprediksi akan memveto resolusi yang dirancang Aljazair, yang juga menuntut gencatan senjata kemanusiaan. AS dinilai akan memveto proposal itu karena dianggap akan membahayakan perundingan antara AS, Mesir, Israel dan Qatar yang berupaya menengahi jeda dalam perang dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Baca Juga: AS Diprediksi Akan Kembali Menggagalkan Upaya Gencatan Senjata di Gaza Selama ini AS selalu menolak upaya gencatan senjata dalam setiap tindakan PBB. Sikap AS yang berbeda kali ini jelas bisa jadi kabar baik. Melansir
Reuters, proposal AS mengakui bahwa dalam kondisi saat ini serangan darat besar-besaran ke Rafah akan mengakibatkan kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil. Dalam proposal itu AS juga menyampaikan kekhawatirannya atas pengungsian lebih lanjut, termasuk kemungkinan ke negara-negara tetangga. "Operasi itu akan mempunyai dampak serius bagi perdamaian dan keamanan regional, dan oleh karena itu menggarisbawahi bahwa serangan darat besar-besaran seperti itu tidak boleh dilakukan dalam kondisi saat ini," tulis AS.
Baca Juga: PBB Khawatir Serangan Israel ke Rafah Berujung Pada Pembantaian Serangan Israel ke Rafah
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa serangan darat di Rafah sangat penting untuk memusnahkan batalion Hamas yang tersisa. Saat ini lebih dari satu juta warga Palestina berlindung di Rafah, bagian selatan Jalur Gaza. Separuh populasi Gaza itu berpindah ke Rafah ketika militer Israel bertempur di Utara. Israel berpotensi menggempur Rafah selama bulan suci Ramadan jika Hamas tidak segera membebaskan sandera sebelum bulan itu dimulai. Ramadan tahun ini akan dimulai pada 10 Maret.
Baca Juga: Israel Akan Menggempur Rafah Jika Sandera Tak Dibebaskan Sebelum Ramadan Benny Gantz, menteri Israel tanpa tugas khusus, berjanji pihaknya akan memfasilitasi evakuasi warga sipil Gaza melalui koordinasi dengan Amerika Serikat dan Mesir. Dirinya juga berjanji akan terus berjuang hingga tujuan Israel tercapai, termasuk menghilangkan ancaman Hamas serta Hizbullah di Lebanon, memulangkan sekitar 130 sandera yang tersisa, dan menghilangkan kontrol Hamas di Gaza secara penuh. "Kepada mereka yang mengatakan bahwa harga yang harus dibayar terlalu mahal, saya katakan dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan dengan cara ini, warga Gaza bisa merayakan Ramadan," kata Gantz, dikutip
Bloomberg.