AS menilai ancaman keamanan siber dari Korea Utara lebih kuat dari Rusia



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan dengan tegas bahwa warga Korea Utara secara konsisten mencoba meretas pusat data AS demi informasi rahasia. Pompeo menganggap Korea Utara lebih mengancam daripada Rusia dalam hal keamanan siber.

Dalam wawancaranya dengan radio AS Breitbart News hari Senin (14/12), Pompeo menilai para peretas Korea Utara, saat ini lebih berbahaya dibandingkan peretas Rusia.

Menyadari ancaman tersebut, Pompeo menyampaikan bahwa saat ini AS sedang berjuang untuk menghadapi ancaman keamanan dari wilayah digital tersebut.


"Ini adalah pertarungan yang berkelanjutan, perjuangan berkelanjutan untuk menjaga keamanan sistem kami," ungkap Pompeo dalam wawancaranya, seperti dikutip Yonhap.

Baca Juga: Ini alasan AS memilih Korea Utara sebagai negara pelanggar kebebasan beragama

Selain Korea Utara, Pompeo menyampaikan bahwa saat ini Amerika juga menghadapi ancaman yang sama dari rivalnya yang lain, yakni Rusia dan China.

Diplomat tertinggi AS tersebut menyampaikan bahwa Rusia juga berulang kali melakukan praktik peretasan dengan AS menjadi sasarannya. Tidak hanya agensi pemerintahan, tetapi juga sektor bisnis.

Meskipun demikian, Pompeo meyakini ancaman serangan siber yang lebih kuat akan datang dari Korea Utara dan China.

"Saya tidak bisa mengatakan banyak selain itu adalah upaya yang konsisten dari Rusia untuk mencoba masuk ke server Amerika, tidak hanya milik instansi pemerintah tetapi juga bisnis. Kami melihat yang lebih kuat lagi dari Partai Komunis China, dan juga Korea utara," papar Pompeo.

Baca Juga: Data vaksin corona bikinan Pfizer di Eropa jadi target pencurian hacker

Sepanjang tahun ini AS mengaku cukup sibuk menghalau praktik peretasan dari Korea Utara. Dikutip dari Yonhap, sebagian besar upaya peretasan menargetkan bank atau jaringan keuangan internasional untuk mencuri uang.

Upaya peretasan dengan tujuan uang ini turut diamini oleh asisten jaksa agung keamanan nasional AS John Demers. Menurutnya, upaya Korea Utara untuk mendapatkan uang ini terbilang unik dan berbeda dari negara lain.

"Itu bukanlah perilaku yang kita lihat dari China atau Rusia, atau bahkan Iran. Korea Utara agak unik dalam hal itu (peretasan)," ungkap Demers.

Yonhap melaporkan bahwa Korea Utara saat ini mengklaim memiliki lebih dari 6.000 peretas terlatih yang sebagian besar tinggal di negara lain, termasuk China dan Rusia.

Selanjutnya: Dua unit kapal destroyer baru China mulai diterjunkan dalam latihan militer