AS menimbang sanksi untuk China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) bimbang. Pasalnya, akhir bulan ini, AS harus mengambil keputusan untuk menjatuhkan sanksi kepada China terkait masalah perdagangan. Selama ini, AS mengalami defisit besar neraca perdagangan dengan China akibat impor yang tinggi. 

Mengutip laporan Asia Nikkei (10/1), hingga kini, Presiden AS Donald Trump belum mengambil keputusan atas masalah tersebut. Pasalnya, Negeri Paman Sam itu khawatir sanksi justru akan mempengaruhi perdagangan antara AS dengan negara-negara lain karena bisa memicu aksi balas dendam.

Komisi Perdagangan Luar Negeri AS mengatakan, perusahaan AS menderita atas peningkatan impor dari China. Dus, Pemerintah AS bisa memutuskan aturan ketat untuk perdagangan dengan China.


Kebijakan selanjutnya yang dilakukan Trump adalah segera memutuskan untuk memberlakukan tindakan safeguard untuk panel surya. Langkah ini untuk menyaingi China sebagai pemain utama dalam produksi panel surya.

Pemerintah AS sebelumnya telah mengenakan tarif anti dumping dan melakukan perhitungan ulang untuk produk panel surya. Sementara itu, perusahaan-perusahaan China sendiri telah mengantisipasi kemungkinan sanksi AS tersebut dengan memindahkan produksi ke Asia Tenggara. 

Risiko

Langkah lain yang akan diambil AS adalah  pembatasan impor aluminium dan baja atas dasar keamanan nasional. Departemen Perdagangan AS tengah melakukan penyelidikan mengenai dampak impor baja terhadap kemampuan memproduksi peralatan pertahanan. 

"China sangat menyakiti kami dalam perdagangan, tapi saya bersikap lunak terhadap China," kata Trump kepada The New York Times dalam sebuah wawancara pada bulan Desember tahun lalu. 

Mantan Presiden Dewan Perdagangan Luar Negeri AS William Reinsch mengingatkan AS agar tidak memprovokasi China. Menurutnya, sanksi hanya akan membawa pada tindakan balasan dari Beijing.

AS perlu waspada sebab langkah keras untuk perdagangan China akan berdampak pada ekonomi dan industri. Misalnya, kebijakan safeguard tidak hanya akan berdampak pada impor dari China, tetapi juga dari negara lain seperti Kanada, Korea Selatan serta Jepang. 

Pembatasan perdagangan dengan China ini juga akan meningkatkan biaya operasional perusahaan di AS.

Editor: Wahyu T.Rahmawati