AS Menuduh China Lakukan Manipulasi Terhadap Media Global



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. AS kembali memberikan serangan kepada China. Kali ini Washington menuduh Beijing telah melakukan manipulasi media global dengan cara sensor, pengambilan data, dan pembelian rahasia media asing.

Departemen Luar Negeri AS pada hari Kamis (28/9) dalam laporannya menjelaskan bahwa China telah menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk upaya manipulasi informasi. 

Salah satu caranya adalah dengan mengakuisisi saham di media asing, mensponsori influencer online, dan mengamankan perjanjian distribusi yang mempromosikan konten pemerintah China tanpa tanda khusus.


"Pengambilan data China di luar negeri memungkinkan mereka menyempurnakan sensor global dengan menargetkan individu dan organisasi tertentu. Jika tidak dikendalikan, upaya Beijing dapat mengakibatkan berkurangnya kebebasan berekspresi secara global," tulis laporan tersebut, dikutip Reuters.

Baca Juga: Diplomat Senior AS dan China Bertemu di Washington dalam Upaya Terbaru Jaga Dialog

Laporan ini keluar di tengah kontroversi mengenai upaya China memperluas jejak global media yang dikendalikan pemerintah. AS melihat China berupaya untuk melawan citra negatif yang telah tersebar secara global.

AS juga mengatakan China telah menciptakan ekosistem informasinya sendiri dengan mengkooptasi elit politik dan jurnalis asing. 

Di saat yang sama, pemerintah Beijing juga berinvestasi pada jaringan satelit dan layanan televisi digital di wilayah berkembang yang memprioritaskan konten media yang didukung pemerintah.

Kedutaan Besar China di Washington tidak memberikan komentar terkait tuduhan tersebut. Namun, bulan Juli lalu China sempat mengkritik kumunike NATO yang berisi tuduhan serupa.

Baca Juga: Mengintip Pembaruan Kemampuan Militer China di Tahun 2023

Saat itu, China mengatakan bahwa pernyataan tersebut mengabaikan fakta-fakta dasar dengan sengaja mendiskreditkan China memutarbalikkan kebijakan-kebijakannya.

Terlepas dari tuduhan manipulasi, laporan Departemen Luar AS juga meyakinkan bahwa China memang telah melakukan investasi di berbagai media yang ada di berbagai negara.

Sayangnya, upaya itu mengalami kemunduran karena mendapatkan penolakan dari media lokal dan masyarakat sipil di banyak negara demokrasi yang menjadi target investasi China.