KONTAN.CO.ID - TEHRAN – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan bahwa penarikan negaranya dari perjanjian nuklir Iran sebagai keputusan yang salah dan merupakan satu kesalahan terbesar. Kebijakan ini yang dilakukan Washington dalam beberapa tahun terakhir. Blinken melontarkan komentar tersebut pada hari Jumat mengacu pada penarikan diri pemerintahan Trump pada tahun 2018 dari perjanjian dengan Iran, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Perjanjian tersebut disepakati oleh Iran dan negara-negara besar dunia tiga tahun sebelumnya. Isi perjanjian salah satunya adalah untuk membatasi program nuklir Iran. Sebagai imbalannya adalah emberikan keringanan sanksi Amerika terhadap Iran.
“Salah satu kesalahan terbesar yang kami buat dalam beberapa tahun terakhir adalah membatalkan perjanjian itu dan membiarkan Iran keluar dari ketentuan yang kami buat,” kata diplomat terkemuka AS di Forum Keamanan Aspen, mengutip The Germany Press Agency (DPA).
Baca Juga: Mahkamah Agung AS: Donald Trump Memiliki Kekebalan Hukum Terbatas Blinken berargumen bahwa penarikan tersebut telah mengurangi waktu breakout – jumlah waktu yang oleh para pejabat Amerika disebut sebagai waktu yang dibutuhkan Iran untuk memproduksi bahan untuk senjata nuklir – dari “setidaknya satu tahun” menjadi “mungkin satu atau dua minggu”. “Mereka sendiri belum memproduksi senjatanya”, kata Blinken, tetapi waktu terobosannya “sekarang mungkin satu atau dua minggu.” Blinken mengatakan bahwa ketika pemerintahan Biden mulai menjabat, mereka mencoba untuk melanjutkan diplomasi nuklir dengan Iran. “Karena jika Anda setidaknya dapat menghilangkan satu masalah, itu pada dasarnya adalah hal yang baik.” Komentar diplomat top AS ini muncul ketika Iran berulang kali mengatakan bahwa senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam doktrin nuklir mereka. Selain itu Iran tidak akan pernah memproduksi senjata semacam itu berdasarkan keputusan agama dari Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatollah Seyyed Ali. Khamenei.
Baca Juga: Upaya Pembunuhan Donald Trump Angkat Harga Dolar AS, Emas dan Aset Kripto Iran juga menyatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai karena memerlukan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa negaranya telah mengamati dengan cermat setiap tanda-tanda mengenai keputusan Iran untuk membuat bom nuklir, namun belum ada tanda-tanda seperti itu. “Saya belum melihat keputusan Iran untuk mengambil tindakan” sebagai sinyal bahwa Iran telah memutuskan untuk benar-benar mengembangkan bom nuklir saat ini, kata Sullivan pada hari Jumat, menurut Associated Press. “Jika mereka mulai melakukan hal tersebut, mereka akan menemukan masalah nyata dengan Amerika Serikat,” katanya kepada wartawan di Aspen Security Forum di Colorado. Selama bertahun-tahun, Republik Islam telah berulang kali membantah tuduhan Barat bahwa mereka berupaya mengembangkan senjata nuklir. Iran juga menandatangani perjanjian nuklir dengan negara-negara besar pada tahun 2015 untuk membangun kepercayaan atas sifat damai dari program nuklirnya. Namun, Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 meskipun Iran sangat mematuhi ketentuan perjanjian tersebut.
Editor: Syamsul Azhar