KONTAN.CO.ID - KAIRO/WASHINGTON. Pada Kamis (8/8/2024), para pemimpin Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar meminta Israel dan Hamas untuk bertemu guna berunding pada 15 Agustus 2024. Perundingan tersebut ditujukan guna menuntaskan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Reuters memberitakan, ketiga negara, yang telah berupaya memediasi kesepakatan tersebut, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa perundingan dapat dilakukan di Doha atau Kairo.
"Kesepakatan kerangka kerja kini telah di atas meja dan hanya rincian implementasi yang tersisa untuk disimpulkan," kata mereka. Ketiga negara menambahkan, "Tidak ada lagi waktu yang terbuang atau alasan dari pihak mana pun untuk menunda lebih lanjut. Sudah saatnya membebaskan para sandera, memulai gencatan senjata, dan melaksanakan perjanjian ini." Para pemimpin juga menawarkan untuk menyampaikan "proposal penghubung akhir" yang menyelesaikan masalah yang tersisa. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negosiator Israel akan hadir di sana. Tujuannya adalah untuk menuntaskan rincian dan melaksanakan perjanjian kerangka kerja. Tidak ada komentar langsung dari Hamas.
Baca Juga: Netanyahu Menyesal Serangan 7 Oktober Terjadi Pernyataan tersebut merupakan bagian dari upaya ketiga pemimpin untuk memulai perundingan, dengan meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan konflik yang lebih luas di wilayah tersebut yang melibatkan Iran setelah terbunuhnya anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah. Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan, tidak ada harapan bahwa perjanjian tersebut akan ditandatangani minggu depan mengingat masalah serius yang mencakup urutan pertukaran antara Hamas dan Israel. Pergerakan diperlukan di kedua sisi meja perundingan, kata pejabat tersebut. Pejabat AS tersebut mengatakan pernyataan tersebut tidak dirancang untuk memengaruhi Iran. Akan tetapi, setiap eskalasi akan membahayakan harapan tercapainya kesepakatan Israel-Hamas. Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sebelumnya pada hari Kamis bahwa mereka mengejar dua prioritas secara bersamaan. "Pertama, membangun gencatan senjata yang langgeng di Gaza dan penarikan pasukan penjajah dari wilayah ini," katanya.
Kedua, "menghukum agresor" atas pembunuhan mantan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh pada tanggal 31 Juli di Iran.
Baca Juga: Ketegangan Israel Menunggu Ancaman Serangan Iran dan Proksinya yang Kian Dekat Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang di Gaza, menurut penghitungan Israel. Setidaknya 39.699 warga Palestina telah tewas dalam operasi militer Israel di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie