KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat kembali mengingatkan sekutu dekatnya, Israel, bahwa serangan ke Rafah bisa berubah menjadi sebuah kesalahan. Teguran itu disampaikan AS lewat Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada hari Kamis (21/3), setelah berkumpul dengan diplomat terkemuka Arab di Kairo untuk berdiskusi mengenai upaya gencatan senjata dan masa depan Gaza pasca-konflik. Blinken berangkat ke Israel pada hari Jumat untuk bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya.
Baca Juga: Kematian Massal Akibat Kelaparan Menghantui Gaza Blinken menegaskan bahwa AS tidak memberikan dukungan terhadap rencana Israel menyerang Rafah. Bagi AS, serangan itu juga tidak perlu dilakukan jika target Israel adalah Hamas. "Operasi militer besar-besaran di Rafah adalah sebuah kesalahan, sesuatu yang tidak kami dukung. Itu tidak dibutuhkan untuk mengalahkan Hamas," kata Blinken, dikutip
AP News. Sikap AS terhadap operasi militer Israel di Rafah telah berubah secara signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pada mulanya, para pejabat AS mengatakan mereka tidak dapat mendukung serangan besar-besaran ke kota tersebut, kecuali Israel memiliki rencana yang jelas dan komitmen untuk melindungi warga sipil.
Baca Juga: UNICEF: Lebih dari 13.000 Anak-anak Gaza Meninggal Akibat Serangan Israel Sekarang, para pejabat AS menyimpulkan bahwa tidak ada cara yang kredibel untuk melakukan hal tersebut, mengingat kepadatan penduduk lebih dari satu juta orang. Mayoritas pengambil kebijakan di AS kini lebih mendukung adanya operasi khusus dengan target pejuang dan komandan Hamas. Operasi dengan target jelas itu dianggap jadi satu-satunya cara untuk menghindari bencana sipil. Di sisi lain, Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel akan melanjutkan misinya itu meski mendapatkan banyak tekanan internasional untuk menghindari korban sipil.
Baca Juga: Netanyahu: Rencana Penyerangan Rafah akan Diteruskan Netanyahu bahkan sempat mengecam para sekutunya yang saat ini mulai mengkritik langkah Israel untuk menumpas Hamas. Dirinya bahkan menyebut serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 sebagai aksi pembantaian orang Yahudi paling mengerikan setelah Holocaust. Serangan tanpa pandang bulu Israel telah menewaskan hampir 32.000 penduduk Palestina di Gaza. Minimnya bantuan kemanusiaan yang masih ke daerah itu membuat seluruh penduduk Gaza hidup di bawah ancaman bencana kelaparan. Rafah selama ini menjadi satu-satunya tempat aman bagi para pengungsi Gaza. Kota ini juga satu-satunya pintu masuk bagi bantuan kemanusiaan internasional. Saat ini ada sekitar 1 juta penduduk Gaza yang tinggal di sana.