KONTAN.CO.ID - Menurut laporan terbaru Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS, China diperkirakan akan menggandakan persenjataan nuklirnya menjadi 1.000 hulu ledak selama lima tahun ke depan. Mengutip
Fox News, pada tahun 2020, DIA menilai China telah memperoleh 200 hulu ledak nuklir dan akan menggandakannya pada akhir dekade ini. Sekarang, badan intelijen tersebut mengatakan China telah mencapai 500 hulu ledak dan akan memiliki lebih dari 1.000 pada tahun 2030.
"China sedang menjalani perluasan paling cepat dan modernisasi ambisius dari kekuatan nuklirnya dalam sejarah," kata laporan itu. Meski demikian, DIA mencatat kemampuan China masih jauh di belakang AS atau Rusia. Pada saat yang sama, China melakukan "kontrol tempur" lain di dekat pulau itu selama akhir pekan karena Beijing mengancam tindakan balasan atas kesepakatan senjata senilai US$ 2 miliar AS dengan Taiwan. Kesepakatan itu mencakup, untuk pertama kalinya, sistem pertahanan udara canggih yang diuji dalam pertempuran di Ukraina.
Baca Juga: Terkuak dari Percakapan Pribadi, Ini Permintaan Xi kepada Biden Terkait Taiwan Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah mendeteksi 19 pesawat militer China, termasuk jet tempur Su-30, yang melakukan patroli kesiapan tempur gabungan di sekitar Taiwan bersama dengan kapal perang China yang dimulai pada Minggu pagi. Laporan tersebut mengonfirmasi temuan dalam laporan Pentagon tahun 2023 tentang kekuatan militer China. Menurut laporan tersebut, Rusia memiliki sekitar 1.550 hulu ledak strategis yang dikerahkan dan 2.000 hulu ledak non-strategis. Di belakang China ada Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara. "Dibandingkan dengan upaya modernisasi nuklir PLA satu dekade lalu, upaya saat ini mengerdilkan upaya sebelumnya baik dalam skala maupun kompleksitas," tulis laporan tersebut.
Baca Juga: Panas! Uni Eropa Kenakan Tarif 35,3% pada Mobil Listrik Tiongkok, Beijing Membalas? PLA, atau Tentara Pembebasan Rakyat, adalah kekuatan militer China. Pejabat AS telah mencoba menanyai Beijing tentang tujuan perluasan cepat mereka, dan belum mendapat jawaban yang jelas, menurut laporan tersebut. Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping telah terkunci dalam persaingan strategis untuk kekuatan global dengan AS. Beijing telah lama menegakkan kebijakan non-first-use (NFU) dan menyerukan pembicaraan di antara negara-negara nuklir lainnya tentang komitmen bersama untuk melakukan hal yang sama.
Tonton: Peringatan Taiwan ke China: Blokade Tiongkok akan Menjadi Tindakan Perang Editor: Barratut Taqiyyah Rafie