AS Siapkan Paket Senjata Anti-Drone Senilai US$275 Juta untuk Ukraina



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dukungan militer AS untuk Ukraina masih belum habis. Kali ini Pentagon menyiapkan paket bantuan senilai US$275 juta yang mencakup persenjataan anti-drone.

Dilansir dari Reuters, pengumuman resmi mengenai pengiriman paket ini kemungkinan akan disampaikan pada hari Jumat (9/12) waktu setempat.

Paket yang nilainya setara dengan Rp 4,28 triliun itu akan ditanggung oleh Presidential Drawdown Authority (PDA), otoritas yang memungkinkan AS untuk mentransfer keperluan pertahanan dari stok yang mereka miliki.


Baca Juga: Jepang Melihat Gerakan Militer China Sebagai Tantangan Bagi Tatanan Internasional

PDA bahkan bisa mengirimkan paket bantuan militer dengan cepat tanpa persetujuan kongres jika menanggapi keadaan darurat.

Selain paket tersebut, Pentagon juga diperkirakan akan menyertakan roket untuk peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (Himars) buatan Lockheed Martin, amunisi 155mm, kendaraan militer Humvee, dan generator sebagai sumber energi.

Pengiriman beragam senjata pertahanan udara ini dilakukan AS untuk mengantisipasi serangan rudal Rusia yang intensitasnya semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam sebuah pernyataan bulan lalu, seorang pejabat Pentagon percaya saat ini Rusia sedang berusaha menghabiskan pasokan pertahanan udara Ukraina dan mendominasi wilayah udara.

Baca Juga: Vladimir Putin Sebut Negaranya Akan Gunakan Senjata Pemusnah Massal Jika Diserang

Untuk mengatasi masalah baru itu, AS telah mengirimkan Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Canggih Norwegia (Nasams) ke Ukraina dalam beberapa minggu terakhir.

Bukan cuma itu, AS juga telah mengumumkan rencana pengiriman empat sistem pertahanan udara jarak pendek yang menggunakan rudal Stinger, buatan Raytheon Technologies, dan rudal pencegat Hawk.

Sejak invasi Rusia dimulai 24 Februari lalu, AS telah menggelontorkan bantuan militer senilai US$19,1 miliar untuk Ukraina. Parlemen AS bahkan mulai mengambil suara pada hari Kamis (8/12) untuk memberi bantuan tambahan senilai US$800 juta pada tahun 2023.