JAKARTA. Produksi gandum di sejumlah negara penghasil gandum akan menyusut tahun ini karena ada penyusutan lahan. Indonesia sebagai negara yang rajin mengimpor gandum sekitar 5 juta ton per tahun perlu mewaspadai potensi kenaikan harga akibat pasokan yang seret itu. Kanada mulai mengurangi lahan gandumnya menjadi 23,2 juta akre, turun dari tahun 2009 lalu yang mencapai 24,5 juta akre. (1 akre = 0,4046863 ha). Pasalnya, petani memilih beralih menanam jenis tanaman lain, yaitu canola. Karena lahan menyusut, secara otomatis, produksi juga berkurang. Produksi gandum dari Tunisia juga akan anjlok lantaran musim kering yang berkepanjangan. Menurut laporan yang dirilis oleh US Department of Agriculture, produksi gandum Tunisia akan mengkerut 40% dari 1,653 juta ton pada tahun 2009 menjadi 1 juta ton pada tahun ini. Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (APEGTI) Natsir Mansyur memperkirakan, berkurangnya produksi gandum di sejumlah negara tersebut berpotensi mengerek harga gandum di pasar global. Hanya saja, bila kenaikan hanya terjadi dalam tiga bulan ke depan, hal itu tidak akan mempengaruhi impor gandum Indonesia. Menurut Nasir, perusahaan makanan maupun perusahaan pengolah gandum menjadi terigu sudah mempunyai stok karena kontrak dilakukan setiap tiga bulan sekali. "Tapi kalau naik lebih dari tiga bulan, pasti importir juga akan membelinya sesuai dengan kenaikan itu," katanya, Selasa kemarin (27/4).Tapi sesungguhnya Indonesia tak perlu cemas. Soalnya, tahun ini Amerika Serikat (AS) memproduksi gandum lebih banyak dengan kualitas lebih bagus. "Suplai gandum terlalu banyak, sementara itu permintaan tidak cukup besar," kata Sanow, seperti dikutip dari AP. Menurutnya, harga gandum justru akan turun hingga akhir tahun ini dan berpotensi berlanjut hingga tahun 2011.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
AS Tambal Pasokan Gandum Dunia
JAKARTA. Produksi gandum di sejumlah negara penghasil gandum akan menyusut tahun ini karena ada penyusutan lahan. Indonesia sebagai negara yang rajin mengimpor gandum sekitar 5 juta ton per tahun perlu mewaspadai potensi kenaikan harga akibat pasokan yang seret itu. Kanada mulai mengurangi lahan gandumnya menjadi 23,2 juta akre, turun dari tahun 2009 lalu yang mencapai 24,5 juta akre. (1 akre = 0,4046863 ha). Pasalnya, petani memilih beralih menanam jenis tanaman lain, yaitu canola. Karena lahan menyusut, secara otomatis, produksi juga berkurang. Produksi gandum dari Tunisia juga akan anjlok lantaran musim kering yang berkepanjangan. Menurut laporan yang dirilis oleh US Department of Agriculture, produksi gandum Tunisia akan mengkerut 40% dari 1,653 juta ton pada tahun 2009 menjadi 1 juta ton pada tahun ini. Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (APEGTI) Natsir Mansyur memperkirakan, berkurangnya produksi gandum di sejumlah negara tersebut berpotensi mengerek harga gandum di pasar global. Hanya saja, bila kenaikan hanya terjadi dalam tiga bulan ke depan, hal itu tidak akan mempengaruhi impor gandum Indonesia. Menurut Nasir, perusahaan makanan maupun perusahaan pengolah gandum menjadi terigu sudah mempunyai stok karena kontrak dilakukan setiap tiga bulan sekali. "Tapi kalau naik lebih dari tiga bulan, pasti importir juga akan membelinya sesuai dengan kenaikan itu," katanya, Selasa kemarin (27/4).Tapi sesungguhnya Indonesia tak perlu cemas. Soalnya, tahun ini Amerika Serikat (AS) memproduksi gandum lebih banyak dengan kualitas lebih bagus. "Suplai gandum terlalu banyak, sementara itu permintaan tidak cukup besar," kata Sanow, seperti dikutip dari AP. Menurutnya, harga gandum justru akan turun hingga akhir tahun ini dan berpotensi berlanjut hingga tahun 2011.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News