AS tuding eksportir udang Indonesia dapat subsidi



JAKARTA. Ekspor udang beku Indonesia ke Amerika Serikat (AS) terganjal. Pengusaha AS menuding Pemerintah Indonesia mengucurkan subsidi ke eksportir udang sehingga harga produk Indonesia lebih rendah ketimbang udang di Negeri Paman Sam. AS juga mengalamatkan tudingan serupa ke lima negara lainnya yaitu China, Ekuador, India, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Ernawati, Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan, mengatakan, organisasi perudangan AS bernama Coalition of Gulf Shrimp Industries (COGSI) mengarahkan 12 poin tuduhan ke Indonesia. Dan, permohonan COGSI diterima oleh US-International Trade Commission (US-ITC) dan US Department of Commerce.

Salah satu hal yang dianggap sebagai bentuk subsidi dari pemerintah kepada para pengusaha adalah pemberian kredit ekspor. Untuk menyelesaikan persoalan itu, kini 13 eksportir udang beku Indonesia sedang mengisi kuesioner yang telah diberikan otoritas AS. Materi pertanyaannya antara lain terkait ekspor udang dan upah pekerja. "Inisiasi penyelidikan dilakukan pada 17 Januari," kata Ernawati, Senin (14/1).


Produk udang beku yang dituduh mendapat subsidi dari Pemerintah Indonesia adalah jenis frozen warmwater shrimp dengan pos tarif (HS) 0306 dan 1605. Ekspor udang beku jenis ini ke AS memang lagi naik daun.

Kemdag mencatat, nilai ekspor udang beku ke AS pada 2011 mencapai US$ 515,5 juta, naik 45,74% dibandingkan 2010. Pada periode Januari-Oktober 2012, nilai ekspor udang ke AS sudah mencapai US$ 421,3 juta.

Untuk kasus ini, COGSI menuntut pemberlakuan margin subsidi 0,75%-8,5% terhadap produk udang beku yang masuk ke AS. Bila tuduhan itu terbukti, ekspor udang Indonesia ke AS akan dirugikan. "Harga udang menjadi tidak kompetitif," ujar Ernawati.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan mengatakan, pihaknya akan kooperatif dalam menyelesaikan persoalan ini. "Kita akan ikuti sesuai dengan undang-undang mereka (AS)," ujar Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro