KONTAN.CO.ID - BRUSSEL. Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang mengusulkan aturan perdagangan global baru pada Selasa (14/1) untuk mencegah subsidi yang mendistorsi ekonomi dunia, dengan target bidikan China. Mengutip
Reuters, sehari sebelum pejabat China akan menandatangani perjanjian dagang fase satu dengan Amerika Serikat di Washington, China sekali lagi menjadi fokus kritik mitra dagang utamanya. Kesepakatan dagang fase satu AS-China akan membuat China membeli lebih banyak produk AS, tetapi tidak mengatasi masalah-masalah sulit seperti subsidi.
Baca Juga: Ekspor CPO Malaysia diboikot India, begini nasib industri sawit dalam negeri Setelah bertemu di Washington, Menteri Ekonomi Jepang Hiroshi Kajiyama, Perwakilan dagang AS Robert Lighthizer dan komisaris perdagangan Uni Eropa Phil Hogan mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa aturan WTO yang ada saat ini tidak cukup untuk mengatasi distorsi pasar dari subsidi. Aturan yang diusulkan adalah hasil dari diskusi trilateral selama dua tahun, tetapi merupakan awal dari kerja keras meyakinkan anggota WTO lainnya, termasuk China. Mereka juga menandai catatan ketegangan hubungan AS-Uni Eropa karena tarif dan perselisihan AS mengenai subsidi pesawat dan ekspor mobil Uni Eropa. Tiga mitra ini berniat untuk membawa proposal mereka ke WTO yang berbasis di Jenewa dengan sebanyak mungkin negara yang terlibat. "Ini hanya akan masuk akal jika subsidi besar ada di dalamnya," kata sumber Uni Eropa. Tahun lalu, Uni Eropa memuji terobosan perundingan dengan China mengenai subsidi industri dan meyakinkan keinginan China untuk mempertahankan WTO lebih fleksibel. Beijing mengatakan akan lebih siap untuk membahas subsidi industri jika pembicaraan juga meluas ke subsidi pertanian yang lazim di barat. WTO melarang subsidi dalam bentuk apapun yang digunakan untuk mendorong ekspor atau untuk memberi keuntungan pada barang-barang impor lokal.
Tiga mitra ingin menambahkan empat jenis subsidi yang dilarang, yaitu jaminan tanpa batas, subsidi untuk perusahaan yang sakit tanpa rencana restrukturisasi, subsidi untuk perusahaan yang tidak dapat memperoleh pembiayaan jangka panjang dan pengampunan utang tertentu.
Baca Juga: Diskriminasi sawit, Indonesia siapkan gugatan ke WTO Mereka juga akan berusaha untuk melarang subsidi besar lainnya, seperti untuk menopang perusahaan zombie (perusahaan yang sudah bangkrut), untuk menciptakan kelebihan kapasitas atau untuk menurunkan harga input kecuali negara subsidi dapat membuktikan tidak ada efek negatif. Mereka juga berusaha untuk merancang aturan guna mengakhiri transfer teknologi paksa dan aturan WTO saat ini yang memungkinkan negara-negara seperti China, Korea Selatan dan Singapura untuk menunjuk diri mereka sendiri sebagai negara berkembang yang menikmati keuntungan.
Editor: Herlina Kartika Dewi