JAKARTA. Pemerintah selalu menggadang-gadang jargon pembangunan infrastruktur. Salah satunya pembangunan jalan tol. Ambil contoh Trans Jawa. Meski belum selesai 100%, efek jalan ini sudah rada terasa pada mudik kemarin. Tak cuma di Jawa, pemerintah juga sedang mengembangkan jalan tol Trans Sumatra. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 100 Tahun 2014 yang diperbarui menjadi Perpres No. 117 Tahun 2015, pemerintah menunjuk BUMN PT Hutama Karya (Persero) mengembangkan jalan tol di Pulau Swarnadwipaitu. Trans Sumatra terdiri dari 15 ruas koridor utama dan 9 ruas koridor pendukung dengan panjang total 2.700 kilometer (km). Total jenderal, Hutama Karya membangun 1.644 km Trans Sumatra.
Ada delapan ruas prioritas yang harus dikebut, yakni beroperasi hingga akhir 2019 sepanjang 645 km. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2016, ada 808 km tambahan segmen prioritas. Plus ruas Betung Jambi 191 km. Penjaminan ganda Nah, dari ruas prioritas tersebut, Hutama Karya mendapat "diskon" pekerjaan. Pemenang jalan tol Trans Jawa wajib membangun di Trans Sumatra sepanjang 80 km.Pola contractor turn key Trans Jawa ini terbentang di ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung "Jadi semacam subsidi silang," kata Anis Anjayani, Direktur Keuangan Hutama Karya, saat berkunjung ke Redaksi KONTAN, Rabu (26/7). Demi kelancaran megaproyek tersebut, perusahaan pelat merah ini melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Hutama Karya dengan plafon Rp 6,5 triliun. Dana ini untuk membiayai ruas Bakauheni-Terbanggi Besar. Total kebutuhan dana ruas ini sekitar Rp 8,73 triliun. Dari jumlah itu, sekitar Rp 2,2 triliun berasal dari penanaman modal negara. PUB Tahap I, sudah lebih dulu terbit pada tahun 2016 lalu. Nilainya Rp 1 triliun. Pada Mei lalu, Hutama Karya kembali merilis emisi tahap kedua senilai Rp 1,97 triliun. Emisi obligasi berkupon 8,07% per tahun dan tenor 10 tahun. Nah akhir bulan ini atau awal Agustus, Hutama Karya akan menerbitkan emisi obligasi tahap terakhir senilai Rp 3,5 triliun. "Agar menarik minat investor, kami menawarkan kupon tak jauh berbeda dengan BUMN lain yang sudah terbit," terang Anis. Jika kita bandingkan, pertengahan Juni lalu Bank Mandiri menerbitkan surat utang dalam skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap II 2017. Bunganya bervariasi antara 7,8%-8,65%. Sebagai penjamin emisi, Hutama Karya menunjuk Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas dan RHB Sekuritas Indonesia.
Tak cukup sampai di situ. Di PUB terakhir tersebut Hutama menawarkan penjaminan ganda. "Selain dari pemerintah, kami melakukan sekuritisasi ruas jalan tol kami," tegas Anis. Ruas yang dimaksud adalah Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi S. Pola ini dikenal juga sebagai viability gap fund. Hutama Karya juga memakai pola serupa di ruas Pekanbaru-Dumai. Hutama Karya akan menerbitkan PUB II sekitar Rp 4 triliun, dengan jaminan pendapatan jalan tol akses Tanjung Priok. Dari sisi kinerja, Hutama Karya mencetak lonjakan cukup tinggi. Pendapatan usaha misalnya naik 70,16% menjadi Rp 5,19 triliun. Laba bersih meroket 166,72% menjadi Rp 361,97 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini