KONTAN.CO.ID -KUTAI KARTANEGARA. Kalimantan Timur kini kini memiliki potensi pengembangan kopi luwak berkat seorang transmigran asal Lamongan. Berawal dari bantuan pemerintah mendapatkan bibit kopi, kini jumlah kelompok tani semakin banyak. Dalam perjalanan mengembangkan perkebunan kopi, Pertamina mulai membangu kegiatan para petani kopi terebut. Adalah Rindoni yang awalnya tidak pernah menyangka bahwa dataran rendah di tanah Kalimantan, khususnya di kawasan Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur cocok untuk menanam kopi. Sebagai seorang transmigran dari Lamongan, Jawa Timur sekaligus penikmat kopi, sejak kepindahannya di tahun 1989, dirinya harus mengeluarkan budget cukup besar hanya untuk membeli kopi. Akhirnya, pada tahun 1997 lahan yang ia peroleh dari pemerintah ia tanami bibit kopi, disela-sela tumbuhan karet yang telah ditanamnya lebih dulu. Tak disangka, langkah kecil ini membuka potensi Kalimantan terutama Kalimantan Timur untuk bisa memiliki perkebunan kopi sendiri yang kemudian berkembang menjadi desa wisata dengan sebutan Kampung Kopi Luwak. Menurut dia, masyarakat Indonesia cukup akrab dengan dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Arabika adalah jenis tumbuhan kopi yang tumbuh di ketinggian 1.000–2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu, kopi jenis Arabika banyak ditemui di daerah dataran tinggi Indonesia, seperti perkebunan Gayo di Aceh, kawasan pegunungan Malabar di Jawa Barat atau Bajawa Flores. Sedangkan Robusta, tumbuh subur di ketinggian 400 – 800 mdpl, menjadikan tanah di antaranya di kawasan Lampung, Temanggung Jawa Timur hingga Kepulauan Flores cocok bagi jenis kopi yang berasal dari daratan Afrika ini tumbuh. Melihat karakteristik wilayah Desa Prangat Baru yang masuk dalam kategori dataran rendah, Rindoni bilang dirinya tetap bertekad menanam pohon kopi, dia pun menjatuhkan pilihan pada kopi jenis Liberika yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. "Saya juga tidak tahu awalnya, karena pikiran saya, tanam itu baik-baik, kasih pupuk, kemudian dirawat ya akhirnya menghasilkan yang bagus," kata Rindoni saat ditemui Kontan di kebunnya, Selasa (10/09). Setelah mendalami dunia 'perkopian' lebih jauh, Rindoni bilang bahwa tanaman kopi memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl)-nya masing-masing. Dan kopi jenis Liberika sangat cocok tumbuh di dataran rendah (0 – 500 mdpl) seperti di kawasan desa ia tinggal. "Ternyata kopi ini mengalami mdpl masing-masing, jadi bisa tumbuh sesuai dengan mdpl-nya masing-masing. Liberika itu istilahnya kita lempar saja bisa tumbuh di Kalimantan, ini yang sebelumnya tidak pernah ditemukan orang," tambahnya. Potensi Kopi Liberika dan Luwak Kalau pepatah mengatakan, ada gula ada semut maka berbeda dengan yang dialami oleh Rindoni, di kebunnya, pepatah ini berganti 'ada kopi, ada luwak'. Iya, luwak atau yang dikenal juga dengan nama musang pulut, meski masuk jenis hewan omnivora atau pemakan segala. Luwak sangat suka makan biji kopi yang matang, karena rasanya yang manis.
Asa Transmigran Lamongan Menyulap Tanah Kalimantan Timur Jadi Penghasil Kopi Liberika
KONTAN.CO.ID -KUTAI KARTANEGARA. Kalimantan Timur kini kini memiliki potensi pengembangan kopi luwak berkat seorang transmigran asal Lamongan. Berawal dari bantuan pemerintah mendapatkan bibit kopi, kini jumlah kelompok tani semakin banyak. Dalam perjalanan mengembangkan perkebunan kopi, Pertamina mulai membangu kegiatan para petani kopi terebut. Adalah Rindoni yang awalnya tidak pernah menyangka bahwa dataran rendah di tanah Kalimantan, khususnya di kawasan Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur cocok untuk menanam kopi. Sebagai seorang transmigran dari Lamongan, Jawa Timur sekaligus penikmat kopi, sejak kepindahannya di tahun 1989, dirinya harus mengeluarkan budget cukup besar hanya untuk membeli kopi. Akhirnya, pada tahun 1997 lahan yang ia peroleh dari pemerintah ia tanami bibit kopi, disela-sela tumbuhan karet yang telah ditanamnya lebih dulu. Tak disangka, langkah kecil ini membuka potensi Kalimantan terutama Kalimantan Timur untuk bisa memiliki perkebunan kopi sendiri yang kemudian berkembang menjadi desa wisata dengan sebutan Kampung Kopi Luwak. Menurut dia, masyarakat Indonesia cukup akrab dengan dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Arabika adalah jenis tumbuhan kopi yang tumbuh di ketinggian 1.000–2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu, kopi jenis Arabika banyak ditemui di daerah dataran tinggi Indonesia, seperti perkebunan Gayo di Aceh, kawasan pegunungan Malabar di Jawa Barat atau Bajawa Flores. Sedangkan Robusta, tumbuh subur di ketinggian 400 – 800 mdpl, menjadikan tanah di antaranya di kawasan Lampung, Temanggung Jawa Timur hingga Kepulauan Flores cocok bagi jenis kopi yang berasal dari daratan Afrika ini tumbuh. Melihat karakteristik wilayah Desa Prangat Baru yang masuk dalam kategori dataran rendah, Rindoni bilang dirinya tetap bertekad menanam pohon kopi, dia pun menjatuhkan pilihan pada kopi jenis Liberika yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. "Saya juga tidak tahu awalnya, karena pikiran saya, tanam itu baik-baik, kasih pupuk, kemudian dirawat ya akhirnya menghasilkan yang bagus," kata Rindoni saat ditemui Kontan di kebunnya, Selasa (10/09). Setelah mendalami dunia 'perkopian' lebih jauh, Rindoni bilang bahwa tanaman kopi memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl)-nya masing-masing. Dan kopi jenis Liberika sangat cocok tumbuh di dataran rendah (0 – 500 mdpl) seperti di kawasan desa ia tinggal. "Ternyata kopi ini mengalami mdpl masing-masing, jadi bisa tumbuh sesuai dengan mdpl-nya masing-masing. Liberika itu istilahnya kita lempar saja bisa tumbuh di Kalimantan, ini yang sebelumnya tidak pernah ditemukan orang," tambahnya. Potensi Kopi Liberika dan Luwak Kalau pepatah mengatakan, ada gula ada semut maka berbeda dengan yang dialami oleh Rindoni, di kebunnya, pepatah ini berganti 'ada kopi, ada luwak'. Iya, luwak atau yang dikenal juga dengan nama musang pulut, meski masuk jenis hewan omnivora atau pemakan segala. Luwak sangat suka makan biji kopi yang matang, karena rasanya yang manis.
TAG: